Jurnalindo.com, – Petani tembakau di Kabupaten Pati menghadapi tantangan berat pada musim tanam tahun 2025 ini akibat cuaca yang sulit diprediksi.
Curah hujan yang tinggi dan banjir di beberapa wilayah membuat masa budidaya tembakau menjadi penuh ketidakpastian dan menimbulkan kerugian bagi para petani.
Sudarto, petani tembakau asal Desa Kebonturi, Kecamatan Jaken, mengungkapkan bahwa musim tanam ketiga (MT 3) yang biasanya menjadi waktu ideal untuk menanam tembakau setelah panen padi, tahun ini menjadi penuh kendala.
“Kami seharusnya menanam pada musim kemarau agar pengairan bisa diatur dengan baik. Namun, kemarau lalu sangat kering sehingga banyak tanaman yang mati kekurangan air. Setelah itu, hujan deras turun pada akhir Mei hingga awal Juni dan menyebabkan banjir di lahan kami,” ujarnya, Rabu (11/06/2025).
Pihaknya mengaku untuk memulai penanaman tembakau pada 10 April 2025 di lahan seluas 2 hektar. Namun, akibat banjir, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan tidak normal.
Bahkan, ia harus melakukan penanaman ulang hingga tiga kali percobaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Panen yang biasanya dilakukan setelah tiga bulan kini terancam gagal jika kondisi cuaca tidak segera membaik.
Menurut Sudarto, perbedaan antara air hujan dan air siraman sangat signifikan bagi pertumbuhan tembakau.
“Air hujan yang berlebihan menyebabkan genangan dan menghambat perkembangan tanaman, berbeda dengan air siraman yang bisa diatur jumlahnya,” jelasnya.
Tidak hanya di Desa Kebonturi, beberapa lahan tembakau di Kecamatan Jaken lainnya seperti di Desa Mantingan dan Sumberejo juga terdampak banjir. Namun, wilayah yang lebih tinggi seperti Sumberagung relatif aman dari genangan air.
Sebagai Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Pati, Sudarto berharap agar cuaca kembali cerah dan tidak terjadi banjir lagi di lahan pertanian tembakau.
“Kami sangat berharap musim kemarau yang stabil agar tanaman tembakau bisa tumbuh optimal dan petani tidak mengalami kerugian besar,” ungkapnya.
Cuaca ekstrem yang tidak menentu ini menjadi tantangan serius bagi petani tembakau di Pati, yang berpotensi mempengaruhi pasokan tembakau nasional jika kondisi serupa terus berlanjut.
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memberikan solusi dan dukungan agar petani dapat bertahan menghadapi perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi. (Juri/Jurnal)