Kemarau Basah Bikin Tembakau Pati Turun Kualitas, Harga Tak Naik-naik

Jurnalindo.com, – Petani tembakau di Kabupaten Pati mulai memasuki masa panen sejak Juli 2025 lalu. Panen diperkirakan berlangsung hingga November mendatang.

Namun, kemarau basah yang melanda tahun ini membuat kualitas tembakau menurun, sementara harga jualnya tak kunjung naik.

Eko Novin, petani tembakau asal Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken, mengungkapkan bahwa harga tembakau saat ini berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram. Menurutnya, angka tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, meski kualitas daun menurun cukup signifikan.

“Harga tahun ini sama kayak tahun lalu. Cuma karena kualitas tembakau turun, standar grade-nya juga beda. Kalau tahun lalu grade S itu terbaik, sekarang grade P saja sudah dianggap bagus,” ujarnya, Selasa (7/10/2025).

Ia menjelaskan, kondisi cuaca yang lembab dan minim panas matahari membuat proses pengeringan tembakau terhambat. Biasanya, penjemuran cukup sehari jika matahari terik. Namun tahun ini, penjemuran bisa memakan waktu hingga tiga hari karena sering mendung.

“Kalau cuaca cerah sehari kering, tapi kalau mendung bisa sampai tiga harian,” tutur Eko.

Selain itu, cuaca yang tidak stabil juga berdampak pada kualitas daun. Ketebalan daun berkurang sehingga bobot hasil panen menurun. Tak hanya itu, serangan hama batang dan gulma turut memperparah kondisi tanaman.

“Hama batang banyak, ulatnya di dalam batang jadi tanaman tumbuhnya kecil. Karena masih sering hujan, gulma juga tumbuh subur. Akhirnya daun jadi tipis dan produksinya turun,” terangnya.

Fenomena kemarau basah juga membuat warna daun tembakau berubah. Alih-alih kuning cerah seperti biasanya, daun kini cenderung berwarna coklat kehitaman akibat kurangnya panas saat proses penjemuran.

“Kadang penjemuran gak ada matahari. Warna daun berubah, gak bisa kuning cerah, malah agak kecoklatan sampai hitam. Itu menurunkan kualitas,” jelasnya.

Eko menambahkan, curah hujan yang masih tinggi di sejumlah wilayah Pati bahkan menyebabkan sebagian lahan tembakau tergenang air. Kondisi ini sangat merugikan petani karena air berlebih justru menghambat pertumbuhan tanaman.

“Air terlalu banyak gak bagus buat tembakau. Lahan saya beberapa kali kebanjiran,” keluhnya.

Meski harga jual tembakau masih di kisaran stabil, para petani berharap pemerintah daerah dapat memberi dukungan, terutama dalam hal penanganan hama dan infrastruktur irigasi agar produktivitas bisa meningkat pada musim tanam mendatang. (Juri/Jurnal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *