Harga Garam Meroket, Perajin Briket di Pati Terjepit: “Stok Langka, Produksi Terancam Mandek”

referensi gambar media
referensi gambar media

Jurnalindo.com – Kelangkaan garam di tingkat petambak melanda Kabupaten Pati dan sekitarnya, memukul keras para perajin garam briket lokal.
Sri Winarti, perajin asal Desa Lengkong, Kecamatan Batangan, mengaku kesulitan mendapat bahan baku hingga terpaksa membeli garam dari Madura, Jawa Timur.

“Sedang kesulitan, di petani gak ada barangnya, lagian stoknya menipis, petani gak bisa produksi. Penjualan gak memenuhi target, Mas,” ungkap Sri kepada awak media, Selasa (1/7/2025).

Dia mengaku biasanya mampu memproduksi 1.300 hingga 1.500 pack garam briket per hari, dengan berat per pack 0,5 ons dan 0,8 ons. Namun, kelangkaan bahan baku membuat produksinya menurun drastis.

“Sehari bisa produksi 1.500 pack, kadang 1.300 pack. Tapi sekarang, kadang cuma 500 sampai 1.000 pack, bahkan kadang ndak ada pembelian sama sekali,” jelasnya.

Tak hanya produksi yang terganggu, harga garam di tingkat perajin pun melonjak tajam. Dalam sepekan terakhir, harga garam naik dari Rp 850 menjadi Rp 1.800 per kilogram.

“Ya sekarang harga pun sampai Rp 1.800 per kilogram, sebelumnya Rp 850 per kilogram. Di sini naiknya sudah tinggi,” keluh Sri.

Ironisnya, harga garam briket di pasaran belum ikut naik. Sri mengaku, konsumen belum mengetahui kondisi di tingkat petani dan perajin.

“Harga di sini sudah naik, tetapi pasaran gak naik karena mereka gak tahu yang kami rasakan, mereka gak ngerti harga di petani (petambak) naik, Mas. Kalau bisa ya harganya stabil,” harapnya.

Garam briket produksinya dipasarkan ke berbagai toko dan pasar, bahkan hingga ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, kelangkaan stok membuat penjualan semakin tidak menentu.

Pati dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam terbesar di Indonesia setelah Madura. Namun, produksi sangat bergantung pada musim kemarau yang singkat.

Jurnal/Mas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *