Jurnalindo.com, – Survei elektabilitas pasangan calon Ganjar-Mahfud dalam Survei Litbang Kompas menggambarkan dinamika politik di Jawa Tengah, di mana tampak adanya pertarungan antara mesin politik PDI-P melawan dukungan yang berasal dari keluarga Presiden Jokowi. Pengamat Politik dari Universitas Diponegoro (Undip), Muchamad Yulianto, menyatakan bahwa perlawanan ini telah berdampak pada menurunnya elektabilitas pasangan calon tersebut.
Menurut Yulianto, pertarungan mesin politik PDI-P melawan keluarga Jokowi, terutama melibatkan Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, memperkuat suara anak tersebut. Meskipun awalnya dukungan dari masyarakat Jateng kepada Ganjar cukup kuat, sikap PDI-P yang seakan menyerang Jokowi membuat pendukung Jokowi beralih mendukung kubu Prabowo, yang tampak lebih bersinergi dengan keluarga Jokowi.
Survei Litbang Kompas mencatat elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran menempati posisi pertama dengan 39,3 persen, diikuti oleh pasangan Anies-Muhaimin sebanyak 16,7 persen, sementara Ganjar-Mahfud berada di posisi terakhir dengan angka 15,3 persen.
Yulianto menyebut situasi politik ini sebagai efek politik belas kasihan, di mana serangan terhadap Jokowi malah membuatnya semakin kuat di mata masyarakat Jateng. Jokowi dipandang sebagai representasi orang Jateng yang berhasil memimpin Indonesia, dan serangan terhadapnya memicu simpati dari masyarakat.
Wahid Abdulrahman, seorang pengamat politik Undip lainnya, menilai penurunan nilai Ganjar-Mahfud dalam survei disebabkan oleh mesin politik PDI-P di Jateng yang belum berjalan maksimal untuk pasangan tersebut. Meskipun Ganjar-Mahfud didukung oleh sejumlah partai politik, termasuk PPP dan Hanura, yang seharusnya memberikan dukungan signifikan, kenyataannya dukungan partai belum sepenuhnya terwujud dalam elektabilitas Ganjar-Mahfud.
Dalam konteks kampanye, dukungan parpol yang tergabung dalam koalisi belum maksimal, dan terlihat adanya ketidaksesuaian antara dukungan partai dan dukungan terhadap pasangan calon presiden. Dinamika politik ini menciptakan tantangan bagi Ganjar-Mahfud untuk meningkatkan elektabilitas mereka di Jawa Tengah. (Kompas/Nada)