Opini  

Belajar Strategi Menghadapi Krisis Ekonomi dari Kisah Nabi Yusuf

jurnalindo.com – Tahun ini menjadi tahun krisis bagi beberapa negara maju. Bahkan negara Jerman dan Turki  pun tidak lepas terkena inflasi minyak goreng. Jadi, krisis yang terjadi tahun ini bukan hanya terjadi di negara seperti Wakanda  saja, yang pembelian minyak gorengnya dijatah perkeluarga (KK).

Sebenarnya, masalah krisis ekonomi ini membuat saya teringat kisahnya nabi Yusuf. Mungkin, beberapa dari kita hanya tahu tentang percintaanya dengan Siti Zulaikha saja. Akan tetapi, sebenarnya nabi Yusuf pernah dipenjara dan kondisi tersebut menjadi salah satu jalan Allah mempertemukan nabi Yusuf dengan Raja mesir. Berawal dari peristiwa dipenjara ini, yang kemudian hari menjadikan nabi Yusuf sebagai menteri segala urusan.

Singkat cerita, nabi yusuf diminta untuk menafsirkan mimpi si Raja mesir yang tidak bisa ditarfsirkan oleh ahli Nujum (peramal). Dari kesimpulan mimpinya itu, dijelaskan kalau di Mesir akan ada kemakmuran dari hasil panennya selama tujuh tahun. Tetapi setelahnya akan ada krisis pangan karena musim paceklik.

Tafsir mimpi tersebut bisa diibaratkan seperti kita selama tujuh tahun panen sawit yang melimpah, setelah itu tidak bisa menanam sawit karena krisis air. Seperti yang telah tercantum dalam Q.S. Yusuf ayat 47-49 sebagai berikut artinya :

Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. 48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” (QS. Yusuf ayat 47-49).

Raja Mesir yang mendengar tafsiran mimpi tersebut akhirnya percaya dengan apa yang disampaikan nabi Yusuf. Setelah itun nabi Yusuf dibebaskan dari penjara lalu ditugaskan menjadi Menteri segala urusan. Raja Mesir pun senang karena masalah bisa diatasi.

Nabi yusuf pada akhirnya membuat lumbung gandum, kemudian hasil panen seluruh petani dibeli oleh pemerintah Mesir sekaligus dicatat nama penjualnya. Seperti halnya pembukuan akuntansi. Hasil panen ini disimpan di lumbung dengan baik. Nabi Yusuf menyimpan sebagian gandum tetap dengan tangkainya, dan sebagian lagi tanpa tangkai. Gandum hasil panen ini disimpan selama dua tahun di lumbung kedap udara dan tidak lembab, agar hasil panen bisa bertahan awet untuk beberapa tahun ke depan.

Melihat tindakan tersebut ada beberapa orang yang berada di bagian oposisi pemerintah, melakukan demo menolak rencana trsebut. Sampai pada akhirnya ada beberapa orang yang berniat untuk menimbun gandum dan tidak menjualnya ke pemerintah agar mendapat keuntungan lebih. Yang terjadi kemudian, sebelum tiba waktunya paceklik, gandum yang ditimbun dan tidak dijual ke pemrintah Mesir tersebut busuk dan berjamur.

Ketika sudah tiba masanya paceklik, orang-orang yang menolak untuk mengumpulkan hasil pertanian pun rugi sendiri. Sang nabi pun membuka lumbung gandumnya dan menjualnya dengan harga murah ke orang miskin. Dan dijual dengan harga normal ke orang-orang lain yang mengumpulkan hasil pertanian. Lalu untuk orang-orang yang  sebelumnya menolak menjual gandum ke pemerintah, nabi Yusuf menjual gandum dengan harga tinggi. Di sini tidak terjadi kebingungan karena semua orang yang telah mengumpulkan hasil pertanian, sudah dicatat di pembukuan Nabi Yusuf.

Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa, setiap persoalan yang dihadapi harus menggunakan akal pikiran yang sehat karena sifat wajibnya nabi yang fatonah. Kecerdasan nabi Yusuf bisa kita jadikan sebagai patokan atau motivasi untuk menghadapi persoalan di kemudian hari.

Bayangkan saja di masa sebelum nabi Isa lahir, sudah ada sistem manajemen seperti itu. Dari mulai pembukuan (akuntansi), manajemen risiko, tata kelola gudang, perencanaan infrastruktur. Bagaimana tidak, di setiap daerah dibuat tempat penampungan dan ada admin pencatatan. Pantas saja jika Mesir dianggap sebagai negara maju kala itu.

Dari situ kita harusnya berfikir bahwa agama tidak melulu hanya dibawa dalam konteks kerohanian saja. Bukan  saja juga pada pendekatan ibadah saja, akan tetapi harus pada mengolah akal dan fikiran. Tidak melulu pada wawasan keagamaan saja yang perlu ditingkatkan, tapi juga pada pengetahuan lain baik itu tentang sains dan ekonomi

Bisa dilihat bagaimana nabi Yusuf kala itu bisa memimpin negara dan berdakwah dengan pendekatan membangun peradaban manusia. Kalau kita melihat kisah nabi pasti terfokus pada keajaiban mukjizatnya saja, lalu diri kita akan termotivasi dan rajin ibadah karena ingin mendapat karomah.

Padahal, masih ada banyak kisah nabi yang tidak hanya tentang ibadahnya. Akan tetapi juga banyak pengajaran yang akan kita dapat dari kisah tauladan nabi. Mulai dari perekonomian, sains dan lainnya. Masya Allah

Nah kalau sekarang Indonesia mengalami krisis ekonomi karena inflasi, pertanyaannya, bagaimana cara kita menolong diri kita sendiri? Hanya mengandalkan pemerintah? Tentu saja tidak bisa.

 

Penulis: Maya Ludfiana (Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *