Oase  

Syarah Al Hikam, Karya Berbahasa Jawa K.H. Sholeh Darat Yang Digemari Ulama Dunia

Jurnalindo.com – Syarah AlHikam, Karya berbahasa jawa milik guru dari pendiri NU K.H. Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan, yakni K.H. Sholeh Darat digemari ulama dunia, demikian kata Peneliti Islam Nusantara K.H. Ahmad Baso.

Kiai Ahmad Baso dalam serial “Inspirasi Ramadan 2022” yang ditayangkan oleh akun YouTube BKN PDI Perjuangan, Selasa mengatakan “Syarah Al Hikam karya K.H. Sholeh Darat ini ditulis dalam Bahasa Jawa, tetapi ternyata orang Arab juga membacanya dan mempelajarinya. Kitab ini dicetak berkali-kali di Mesir, Bombay India, dan Singapura. Kitab ini tentang ilmu tasawuf (ilmu yang fokus membangun diri menjauhi hal duniawi),”.

Karena dikenal keilmuwan dan tasawufnya yang kuat, karya K.H. Sholeh Darat diminati ulama di Arab dan Nusantara.

“Karena kalau gurunya menulis Bahasa Jawa, maka santrinya otomatis mau tidak mau harus belajar bahasa gurunya, yakni Bahasa Jawa, mau dia dari India, Mesir, atau Singapura,” tutur Ahmad Baso dalam siaran persnya.

Ahmad Baso menjelaskan penyebaran Islam di Pulau Jawa pun dibantu dengan apa yang dilakukan K.H. Sholeh Darat yang menerbitkan karya-karya Islam maupun terjemahan dalam Bahasa Jawa.

Dengan demikian, ilmu agama Islam tidak hanya dapat dipelajari golongan ulama dan santri melainkan dapat dipelajari semua kalangan, termasuk kalangan yang saat itu masih awam beragama di Nusantara.

“Bahkan ada satu kitab yang ditulis K.H. Sholeh Darat menggunakan aksara Jawa. Ini tujuannya agar orang-orang yang saat itu hanya bisa membaca aksara Jawa, bisa mempelajari salinan kitab beliau yang mengajarkan ilmu agama Islam. Jadi, beliau tidak memaksakan orang Jawa harus belajar agama dengan Bahasa Arab. Ini kehebatan K.H. Sholeh Darat, mengajarkan ajaran agama dengan instrumen bahasa lokal,” ujarnya.

Dia menceritakan terjalinnya komunikasi K.H. Sholeh Darat dengan tokoh perempuan Indonesia saat itu RA Kartini.

Saat itu, karena kebanyakan saat itu literaturnya dalam Bahasa Arab, RA Kartini diceritakan sedang gundah karena keinginannya mempelajari agama Islam terbentur dengan keterbatasan literatur yang menggunakan Bahasa Jawa.

K.H. Soleh Darat mendengar keluhan tersebut melalui beberapa perantara, hingga akhirnya RA Kartini diberikan suatu karya tafsir Alquran Pegon yang berbahasa Jawa.

“Saat K.H. Sholeh Darat diminta hadir ceramah di Jepara oleh ayahnya RA Kartini yang saat itu bupati, KH Sholeh Darat menunjukkan cara menerjemahkan Surat Al-Fatihah dalam Bahasa Jawa. Dari sana, semakin tertariklah RA Kartini mempelajari Islam. Saat pernikahan RA. Kartini, kebetulan kitab tafsir Pegon K.H. Sholeh Darat sudah dicetak di Singapura, maka kitab tersebut menjadi kado pernikahan RA Kartini dari K.H. Soleh Darat, dan RA Kartini sangat puas karena keinginannya belajar agama saat itu terpenuhi dengan kehadiran kitab tersebut,” paparnya.

Selain itu, Ahmad Baso menceritakan saat pendiri NU K.H. Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah menjadi santri K.H. Sholeh Darat. KH Hasyim Asyari saat menjadi santri lebih fokus mempelajari hadis dan ilmu tasawuf. Adapun KH. Ahmad Dahlan lebih fokus mempelajari ilmu falak.(ara/iva)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *