News  

Pecinta Rilisan Fisik Menyemarakkan Kaset di Pagelaran Record Store Day 2022 Pati

jurnalindo.com – Berlokasi di Jalan Panglima Sudirman, Gedung Juang memiliki suasana berbeda dari hari Sabtu (28/5) hingga Minggu (29/5). Di salah satu sudut ruangan terdapat beberapa meja yang tertata rapi dengan rilisan fisik berbagai kaset, CD, piringan hitam, dll. Banyak poster dengan foto band dan majalah musik juga menghiasi berbagai sudut ruangan.

Pengunjung yang hadir tampak merasa kembali ke suasana pra-Reformasi 70-an, di mana memainkan rekaman seperti kaset pita menjadi kesenangan tersendiri. Pameran bertajuk Record Store Day Pati (RSD) 2022 ini sengaja diluncurkan oleh Ceklekser Collective and The Back Boy. Kegiatan ini juga bertepatan dengan World Records Store Day yang diperingati di beberapa negara setiap bulan April.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama mendengarkan musik di era digital memang jauh lebih mudah. Dengan berbekal gadget, pecinta musik sudah bisa menikmati ratusan genre lagu yang ingin didengarkan. Namun belakangan ini, tampaknya banyak orang memiliki kecenderungan dan menyukai sensasi ketika memutar sebuah lagu melalui pita kaset lewat player tape.

Siapa yang menyangka, koleksi lama tetap bisa menarik perhatian pengunjung. Terbukti dari ratusan penonton memadati acara pada Sabtu (28/5), hari pertama acara. Seringkali jaringan baru muncul melalui sesama penggemar rilisan fisik. Para penggiat rilisan fisik seperti pedagang yang tergabung dalam RSD juga berdatangan. Mulai yang berasal dari Jogja, Kudus, hingga Semarang.

Selain penyelenggaraan pameran, acara ini juga dibarengi dengan launching album dan pembukaan tour Kendeng squad Jateng- DIY. Dalam pertemuan ini, para peserta yang hadir setidaknya sama-sama menyepakati untuk melakukan penolakan terhadap pabrik semen yang ada di Kendeng.

Sebagai hiburan dan media yang mengundang musisi, sesi pertunjukan akustik juga merupakan bagian dari acara Record Store Day 2022 Pati. Beberapa nama yang tercatat sebagai pengisi acara adalah:

  • Padina Andin
  • Budi Paska (Lugout)
  • Widi (Kendeng Squad)
  • Dayak (Screaming School)
  • Pendek (Terra’Cotta)
  • Ipung & Bimo

Juga ada sesi bersama dimana Puji Pistol & Budi Paska berbicara tentang pengalaman dan perjalanan musik mereka di Pati tahun 90-an.

“Kepuasan mungkin menjadi salah satu perbedaan antara mendengarkan di platform digital dan di kaset. Selain itu, hasil kualitas suara karakter akan lebih didengarkan di rilisan fisik,” kata Jatra Palepati, salah satu panitia acara.

Kejayaan rilisan fisik, khususnya kaset di Indonesia, terjadi antara tahun 80-an sampai Reformasi. Saat kita memasuki era digital, kaset fisik menjadi semakin jarang peminatnya.

Awalnya, kata Jatra, kegiatan semacam ini dimulai saat para kolektor rilisan fisik bertemu secara rutin. Kemudian para kolektor ini mengumpulkan kembali rilisan fisik. Setelah terkumpul lumayan banyak, hal ini yang menjadi dasar untuk menyelenggarakan kegiatan yang berbarengan dengan World Records Store Day.

“Di Pati sendiri itu ada komunitasnya yaitu Ceklekser Collective. Nama komunitas juga diambil dari istilah yang ketika kaset disetel pasti mengeluarkan suara. Kami berkumpul setiap Minggu sore dengan membawa player tape dan kaset. Di pertemuan itu kami juga sharing soal kaset. Akhirnya, muncul hasrat kami untuk membuat sesuatu.”

Koleksi yang dipamerkan dalam kegiatan ini ada yang berusia puluhan tahun. Dikatakan juga bahwa ada pita kaset dari tahun 80-an. Selain itu juga turut dipamerkan majalah musik dari tahun 80-an.

“Segmen kegiatan ini sebenarnya memang musik dan lebih khusus rilis fisik. Mulai dari CD, kaset dan piringan hitam. Ada juga aneka barang seperti player tape, poster, dan majalah yang berhubungan dengan musik. Artefak foto-foto lawas juga turut dihadirkan agar dapat bernostalgia. Tidak ketiggalan pula dipajang foto-foto lama pertunjukan musik di Pati. Kebetulan, teman-teman juga sedang melakukan riset,” tambahnya.

Ia juga mengaku salah satu tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan ruang timbal balik di antara para penyuka rilisan fisik. Terutama dalam menghadirkan segmen pasar jual beli lintas komunitas. Apalagi sekarang tidak ada toko kaset mainstream. Dan hal semacam ini hanya bisa dilakukan secara komunal.

Komunitas ini pun sedang merencanakan proyek besar lainnya. Di antaranya ingin merilis kompilasi yang menyertakan pegiat dan penikmat rilisan fisik. Baik untuk semua grup band, studio musik dan divisi reproduksi, serta pihak merchandise.

“Nanti akan dirilis dalam format kaset musisi di Pati, yaitu karya kroyokan. Sehingga setelah RSP diangan-angan bisa memunculkan karya tersebut. Ada dua hari berkaitan dengan rilisan fisik. Setelah Record Store Day berakhir, akan ada Kaset Store Day pada Oktober nanti,” ujarnya.

Pihaknya sekarang telah membuka untuk siapa saja yang ingin bergabung secara teknis bergabung. Pengerjaan diharapkan akan dimulai paling cepat bulan depan. Mudah-mudahan data akan terkumpulkan pada bulan Agustus dan bisa launching mendekati Oktober.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *