News  

Heboh! Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT Rizky Billar, Stockholm Syndrome?

jurnalindo.com, Jakarta – Kasus KDRT yang dialami Lesti Kejora oleh Rizky Billar berakhir damai. Lesti juga mencabut laporan KDRT terhadap suaminya, yang kabarnya untuk kelanjutan keluarga mereka.

Kasus Lesti yang memaafkan Billar atas kekerasannya membuat netizen membicarakan Stockholm Syndrome. Perubahan sikap lembut korban terhadap tersangka pelaku sering dikaitkan dengan istilah Stockholm Syndrome.

Psikolog percaya bahwa Stockholm Syndrome adalah cara korban menghadapi stres atau trauma.

“Stockholm syndrome ini sebetulnya adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri manusia secara psikologi karena lelah. Daripada melawan terus, marah, takut terus, atau benci terus, akhirnya dia berusaha menerima kondisi dia dengan cara bersimpati terhadap pelaku,” kata psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan mengenai stockholm syndrome.

Istilah Stockholm Syndrome sudah dikenal masyarakat sejak tahun 1973. Saat itu terjadi perampokan bank di Stockholm, Swedia, dan para karyawannya disandera selama enam hari. Pada hari-hari penyanderaan, banyak korban yang bersimpati kepada para pelaku.

Setelah dibebaskan, beberapa pegawai bank menolak untuk bersaksi melawan pencuri di pengadilan dan bahkan mengumpulkan dana untuk membela para pelaku.

Stockholm Syndrome belum banyak dibahas oleh para ahli, namun para korban ini bisa menderita akibat kekerasan seperti kekerasan dalam rumah tangga, hubungan toksik, dan pelecehan.

Dilansir dari health.detik.com, melaporkan bahwa seiring waktu, beberapa korban telah mengembangkan perasaan positif tentang pelaku. Mereka mungkin mulai merasa seolah-olah mereka memiliki tujuan dan sasaran yang sama.

Korban bahkan mungkin curiga terhadap polisi atau pihak berwenang. Mereka mungkin membenci siapa pun yang mungkin mencoba membantu mereka melarikan diri dari situasi berbahaya yang mereka hadapi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa korban kekerasan dapat memiliki keterikatan emosional dengan pelakunya. Pelecehan dan kekerasan fisik dapat berlanjut selama bertahun-tahun sampai korban dapat mengembangkan perasaan positif dan empati terhadap pelaku.

Kebanyakan orang yang pernah mengalami pelecehan, trauma, atau kekerasan tidak memiliki sindrom Stockholm. Sindrom Stockholm adalah reaksi psikologis yang langka terhadap suatu situasi. (Slmn)

 
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *