Jurnalindo.com, Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, meragukan ketulusan permintaan maaf Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan menjelang akhir masa jabatannya. Pernyataan ini disampaikan Deddy dalam sebuah wawancara dengan Bisnis pada Jumat (2/8/2024).
“Kalau merujuk data dan kebiasaan beliau, Pak Jokowi selalu mengatakan hal yang bertentangan atau tidak sinkron dengan perasaan, pikiran, dan tindakannya. Jadi saya enggak tahu kali ini dia tulus atau tidak, jangan-jangan dia sedang bersandiwara untuk mencari simpati,” ujar Deddy.
Permintaan Maaf yang Diragukan
Permintaan maaf yang disampaikan Jokowi dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan 79 Tahun Indonesia Merdeka di halaman depan Istana Merdeka pada Kamis (1/8/2024) malam, menuai berbagai tanggapan. Deddy, yang juga merupakan anggota Komisi VI DPR, menjelaskan bahwa jika Jokowi serius ingin meminta maaf kepada rakyat Indonesia, maka hal itu harus diwujudkan melalui tindakan konkret.
Tindakan Konkret yang Diharapkan
Menurut Deddy, Jokowi perlu mencabut semua aturan yang memberatkan masyarakat sebagai langkah konkret untuk menunjukkan keseriusannya. Salah satu contohnya adalah membatalkan usulan pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang Rancangan Undang-undangnya sedang digodok di DPR. Selain itu, pasal-pasal yang berpotensi merusak semangat Reformasi ’98 juga harus dihapus dalam Revisi UU TNI-Polri.
“Kalau hal-hal itu dilakukan, baru kita belajar percaya kalau beliau serius minta maaf pada rakyat,” jelas Deddy.
Dorongan untuk Memperbaiki Kerusakan Lembaga
Deddy juga mendorong Jokowi untuk menggunakan sisa waktunya di jabatan presiden untuk memperbaiki kerusakan semua lembaga yang terkait dengan demokrasi, penegakan hukum, HAM, lingkungan hidup, dan distribusi keadilan-kesejahteraan.
Jokowi, yang akan lengser dari jabatannya pada 20 Oktober 2024, menyampaikan permintaan maaf dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan. Dia menyatakan, “Saya dan Kiai Haji Ma’ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.”
Kesadaran akan Ketidaksempurnaan
Jokowi mengakui bahwa selama 10 tahun memimpin bersama dengan Jusuf Kalla dan Ma’ruf Amin, dia belum bisa menyenangkan semua pihak. Dia menegaskan bahwa sebagai manusia, tidak ada yang sempurna dalam menjalani hidup.
Pernyataan ini tampaknya tidak cukup untuk meyakinkan beberapa pihak, termasuk Deddy Sitorus, yang merasa bahwa tindakan nyata lebih penting daripada kata-kata. Bagi Deddy, kepercayaan masyarakat hanya bisa dipulihkan melalui langkah-langkah konkret yang menunjukkan komitmen Jokowi untuk memperbaiki kondisi negara. (Bisnis.com/Nada)