Jurnalindo.com, Jakarta – Saat ini, kasus gagal ginjal akut telah menurun secara signifikan sejak pemerintah menghentikan penggunaan sirup untuk mengobati anak-anak, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadkin.
“Ada penurunan yang sangat tajam dari lima menjadi delapan kematian per hari dan sekarang nol menjadi satu per hari. Ada sepuluh kasus dan sekarang paling satu atau dua,” katanya di Bogor, Rabu.
Ketika ditanya tentang tindakan hukum terhadap perusahaan obat yang memproduksi sirup yang mengandung kontaminan ethylene glycol (EG) dan diethylene glycol (DEG), Bode mengatakan itu menjadi kewenangan Badan Pengawas Obat OM Makan (BPOM).
Baca Juga: Bertambah satu kasus suspek gangguan ginjal akut Dinkes Lampung Waspada
“Ini kewenangan BPOM terkait obat-obatan,” kata Menkes.
Badan POM beberapa waktu lalu mengumumkan terdapat dua perusahaan farmasi yang produknya mengandung cemaran EG dan DEG melebihi ambang batas aman. Badan POM dan tim penyidik gabungan Bareskrim Polri lalu memutuskan untuk meningkatkan status penanganan kasus gagal ginjal akut dari tahap penyelidikan ke tahap penyidikan, setelah melakukan gelar perkara pada 31 Oktober 2022.
Sementara itu, kasus gagal ginjal di Indonesia hingga hari ini tercatat mencapai 325 kasus dan sebanyak 178 pasien di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama melalui pesan elektroniknya, Rabu, mengatakan, diperlukan analisis apakah ada faktor lain di luar obat yang mungkin menjadi penyebab, seperti infeksi, faktor lingkungan, kebiasaan tertentu dan lainnya.
Baca Juga: DKI Jakarta menyebar nomor layanan informasi gangguan ginjal akut
“Untuk analisa ini maka tentu perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) yang amat ketat pada setiap anak itu, termasuk bagaimana keadaan di rumahnya, atau tempat bermain, atau di sekolahnya kalau sudah sekolah dan lainnya,” kata dia yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara itu.
Prof Tjandra menyarankan analisis dikeluarkan dalam bentuk semacam tabel lengkap berisi demografi, informasi perjalanan penyakit, obat-obat apa saja yang dikonsumsi anak-anak sebelum sakit dan berbagai faktor lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit. (ara/Nada)