Cerita Mualaf yang Berangkat Haji Bareng Istri

Jurnalindo.com – Wajah yang tidak khas pribumi, melainkan wajah oriental, membuat seorang jemaah haji asal Desa Dangin Puri Kelod, Denpasar Timur, Bali, menjadi pusat perhatian.

Tokoi Toru, warga asli Jepang, mendapat kesempatan menjadi tamu Allah SWT pada musim haji tahun ini. Pria berusia 73 tahun yang terlihat sehat dan bugar ini telah mendaftar untuk haji sejak tahun 2011.

“Istri saya yang pertama kali mengajak saya untuk mendaftar haji. Saya tidak keberatan karena saya ingin menemaninya,” ungkap Toru Tokoi pada Minggu (11/6/2023).

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Pelajar di Mojokerto Gara-gara Uang Kas

Toru sebenarnya memiliki kesempatan untuk berangkat haji pada tahun 2020, namun pandemi Covid-19 membuat dirinya dan sang istri tidak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.

“Pada tahun 2022, kami juga tidak dapat berangkat karena jemaah haji usia 65 tahun ke atas belum diizinkan untuk menunaikan ibadah haji,” lanjutnya.

Keseriusan Toru ini juga ditunjukkan lewat fisik. Toru dan istri tiga kali seminggu jogging demi menjaga kebugaran tubuh. Kesehatan ini juga didukung dengan hobinya bermain tenis dan berkebun bunga, buah dan sayur dengan berbagai jenis.

Baca Juga: Kronologi Siswi di Bunuh Teman Kelasnya di Mojokerto

Toru dan Sasi lebih sering mengonsumsi makanan sehat yang dipanen sendiri. Kebun seluas sekitar 5o meter persegi itu terletak di belakang rumahnya di Jalan Jaya Giri, Kota Denpasar, Bali.

“Persiapan spesialnya lampu untuk membaca, lampu duduk. Kalau saya sebelum tidur harus membaca buku sampai ngantuk kalau tidak membaca buku tidak bisa tidur, sama kabel yang panjang,” kata Toru.

Kisah cinta Toru dan Sasi sejatinya bermula dari perangko. Toru berlibur selama satu bulan di Bali tahun 1994. Kala itu dia menginap di sebuah hotel tempat Sasi bekerja sebagai penerima tamu.

Toru aktif berkirim surat dengan sahabat dan rekan kerjanya di Jepang selama di Bali. Sasi yang hobi mengumpulkan perangko tertarik pada setiap perangko bergambar sakura Jepang dalam amplop yang ditujukan pada Toru.

Pada tahun itu, Toru berusia 45 tahun dan Sasi 27 tahun. Sayangnya, mereka tidak pernah berkesempatan bertemu secara tatap muka. Jadi, saat Turo meninggalkan hotel, Sasi belum mulai bekerja. Sedangkan saat Sasi selesai bekerja, Toru malah belum pulang ke hotelnya.

Baca Juga: Tekankan Angka Stunting Hingga 0 Persen, Desa Tlogosari Jadi Pilot Project Ayo Berdenting

“Kan perangko dari Jepang itu cantik-cantik bunganya jadi saya sering minta tapi mintanya enggak langsung sama beliau tapi lewat teman karena kami belum pernah ketemu,” cerita Sasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *