Jika Ibu Tidak Bahagia, Ini Dampak Bagi Janin

 

Jurnalindo.com – Jakarta 5/12 – Meski kebanyakan muncul di trimester pertama, kondisi mental yang fluktuatif bisa bertahan hingga trimester kedua, bahkan hingga trimester ketiga. Hal yang paling mengkhawatirkan pada trimester kedua, kata dr. Dara, biasanya dikaitkan dengan perubahan bentuk fisik. Sementara itu, ibu hamil di trimester ketiga kerap stres menghadapi proses persalinan nanti.

 

Meski hormon berperan besar, kesedihan pada ibu hamil tidak boleh berlarut-larut.

 

“Dampak secara tidak langsung itu ada, ya. Contohnya, ibu-ibu yang bersedih berkepanjangan berpotensi mengalami persalinan prematur. Bisa juga, anaknya kecil. Kita istilahkan BBLR (bayi berat lahir rendah),” kata dr Dara.

 

Ketika ibu hamil sedih dan sibuk, mereka mungkin menjadi malas atau makan tidak menentu. Akibatnya, janin menjadi kurang gizi dan kemudian mengalami BBLR. Ada juga yang tidak menjaga kebersihan diri sehingga berisiko membuat tubuh terpapar banyak bakteri. Bakteri juga dapat masuk ke rahim dari vagina dan kemudian menginfeksi selaput ketuban, meningkatkan potensi ketuban pecah dini dan persalinan prematur.

 

Bahkan setelah melahirkan, keadaan psikologis ibu tidak boleh diabaikan. Jika saat hamil hormon ibu tiba-tiba meningkat, maka setelah melahirkan hormon tersebut tiba-tiba menurun sehingga menyebabkan perasaan tidak menentu. Kita mengenal kondisi ini sebagai baby blues.

 

Dari 1.259 responden survei ibu hamil yang memiliki anak usia 0 hingga 5 tahun, 44,3 persen dilaporkan mengalami baby blues.

 Baca Juga: Beberapa Hal Penting Yang Sering Dilupakan Ibu Hamil Saat Akan Melahirkan

Baby blues dapat muncul 2-3 hari setelah melahirkan dan kemudian berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.

 

“Normalnya ini akan hilang. Namun bila diabaikan, dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Ini cukup berbahaya karena ibu dapat melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri maupun sang anak.”

 

Menurut survei Sahabat Ibu Hamil, 92,8 persen ibu hamil membutuhkan dukungan suami dan orang-orang tersayang untuk membahagiakan kehamilannya. Kelompok ibu yang memiliki anak usia 0 sampai 5 tahun harus curhat kepada suami atau orang terdekatnya saat kewalahan dan stres (24,7 persen) dan meminta bantuan untuk menjaga anaknya sementara (31,4 persen). . Toh, 98,1 persen bahkan merasa butuh me time. Ini pertanda bahwa ibu membutuhkan support system yang baik mulai dari masa kehamilan hingga pengasuhan anak.

 

menurut dr Terkadang para ibu harus menceritakan kepada orang lain apa yang mereka rasakan. Ia juga menyarankan agar mereka memahami kondisi ibunya yang tentunya tidak mudah dan banyak tantangannya.

 

Menyadari pentingnya support system dalam kehidupan seorang ibu, aplikasi kehamilan dan parenting Sahabat Ibu Hamil menawarkan inovasi terbaru di tahun ini, peluncuran fitur komunitas bernama “A Happy Space for Mums”..

                                                  

“Pemilihan slogan berupa Teman Setia Mums di ulang tahun yang kelima bukanlah suatu kebetulan karena Teman Bumil sendiri memegang komitmen untuk senantiasa memberikan support system terbaik bagi Mums dan si Kecil,” kata Ruth Retno Dewi selaku Chief Strategy Officer Teman Bumil.

 Baca Juga: Ibu hamil harus tau ini

Ruth menjelaskan, saat ini para ibu bisa bergabung dengan komunitas Sahabat Hamil melalui aplikasi atau grup WhatsApp. Ada beberapa kategori grup yang bisa dipilih, yaitu Selebriti, Hamil, Bayi, Balita, dan Balita. Informasi yang diperoleh karenanya cocok untuk para ibu dan tentunya masuk akal.

 

Ada juga berbagai program dalam Sahabat Ibu Hamil seperti B. sesi edukasi langsung dan gratis dengan para ahli, salah satunya melalui fungsi Media Chat Live, giveaway serta kesempatan untuk mengikuti kegiatan eksklusif lainnya di Sahabat Ibu Hamil. (jurnalindo/salman)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *