Badai PHK juga membayangi start up, cek yuk cara mengantisipasinya

Jurnalindo.com, JAKARTA, 25/11 – Start-up sedang menyusun strategi menghadapi badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda Indonesia.

“Tantangan yang kami hadapi tidak hanya internal, tapi, juga secara eksternal,” kata Ketua Umum asosiasi e-commerce iDEa Bima Laga, kepada ANTARA melalui sambungan telepon, Jumat.

Startup berbasis teknologi masih terbilang baru di Indonesia, para pemain harus memiliki strategi untuk mempresentasikan bisnisnya di lingkungan yang terbiasa dengan pola bisnis tradisional.

Tantangan ini sedikit teratasi saat pandemi melanda, dan masyarakat mulai mengenal dunia digital. Namun, startup kini menghadapi tantangan baru, yakni bayang-bayang resesi.

Pada saat yang sama, pendanaan dari berbagai investor akan segera jatuh tempo dan sudah waktunya untuk menghasilkan keuntungan. Secara internal, startup menghadapi tantangan untuk mengembalikan investasi kepada investor.

Bima melihat efisiensi yang paling terasa efeknya setidaknya untuk jangka pendek adalah PHK.

Baca Juga: Kabar baik untuk pecinta buku nih, Bazaar buku Big Bad Wolf dibuka hari ini

“Dengan melakukan PHK, bukan berarti perusahaan tidak sehat. Itu adalah salah satu cara mereka mempertahankan kesehatan,” kata Bima.

“Sumber daya manusia mau tidak mau harus dikurangi untuk mengurangi biaya operasional,” kata Bima.

Mengurangi jumlah karyawan bukan satu-satunya jalan supaya perusahaan bisa bertahan di tengah badai PHK startup, beberapa perusahaan masih merekrut karyawan dengan pilihan satu orang melakukan beberapa tugas sekaligus.

Pilihan lain bagi startup adalah dengan mengurangi promosi, yang sering disebut sebagai strategi “bakar uang”. Menurut Bima, strategi bakar uang sudah cukup lama mulai ditinggalkan.

Sambil mengurangi promosi, startup harus gencar memberikan edukasi kepada konsumen mengenai belanja p1 supaya konsumen mendapatkan kenyamanan dan manfaat yang maksimal.

Pemerintah menurut Bima, selama ini sudah memberikan insentif kepada e-commerce untuk menghadapi situasi terkini. Insentif yang diberikan, menurut dia, tidak harus selalu berbentuk uang, namun, bisa berupa kemudahan berusaha dan komunikasi. (Slmn/Antara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *