Pemerintah dorong preventif ke sistem kesehatan dalam negeri

Jurnalindo.com, Jakarta, 26/11 – Pemerintah mendorong arah sistem kesehatan daerah lebih ke arah pencegahan (preventif) dan deteksi dini (skrining) ketimbang pengobatan, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadkin.

“Para CEO harus masuk ke bisnis yang sifatnya promotif dan preventif karena itu yang didorong oleh Kementerian Kesehatan,” kata Menkes di hadapan para chief executive officer (CEO) dalam acara Kompas100 CEO Forum 2022 di Jakarta pada Jumat.

Sekretaris Kesehatan, di hadapan para pemimpin senior perusahaan, memperjelas bahwa CEO harus mulai melihat bisnis kesehatan promosi dan penyaringan.

“Mulai dari screening sederhana seperti kolesterol, gula darah dan hipertensi, atau genome sequencing yang lebih kompleks, belanja promotif dan preventif akan menjadi arahan setiap pemerintahan,” kata Menkes dalam siaran pers, Sabtu.

Selain itu, pemerintah juga mendorong BPJS dan asuransi kesehatan untuk mulai mengalokasikan lebih banyak dana untuk pencegahan booster.

“Jadi 14 skrining kesehatan sekarang sudah di-cover BPJS. sebelumnya kesemuanya hanya kuratif saja,” katanya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat rata-rata pengeluaran kesehatan masyarakat di Indonesia sebesar US$112 per orang per tahun dengan usia harapan hidup 72 tahun.

Angka ini lebih rendah dari negara Asia lainnya seperti Malaysia, dengan rata-rata pengeluaran kesehatan di Malaysia sebesar $431 per kapita per tahun dengan harapan hidup 76 tahun.

Jepang dan Singapura masing-masing menghabiskan rata-rata US$4.800 dan US$2.800 untuk kesehatan, dengan harapan hidup masing-masing 84 tahun dan 80 tahun.

Baca Juga: Perluasan baprik, Hyundai Motor dan SK On dilaporkan bangun usaha patungan di AS

Pengeluaran kesehatan masyarakat rata-rata di Amerika Serikat adalah $10.000 per orang per tahun dengan harapan hidup 79 tahun.

Spending ini akan naik sejalan dengan menuanya populasi kita. Jadi kalau population aging (penuaan populasi) nanti pasti health spending-nya lebih besar,” kata Menkes.

Dari data itu, Singapura adalah negara dengan sistem kesehatan paling efektif.

“Semua orang Singapura setahunnya bayar biaya kesehatan 2.800 dolar AS tapi they can life sampai 80 tahun sama seperti orang Jepang yang bayar 4.800 dolar AS untuk hidup 84 tahun, lebih baik dari orang Amerika yang harus keluarin uang 10.000 dollar AS setahun untuk hidupnya cuma 79 tahun,” kata dia.

Menurutnya, sistem kesehatan Singapura dan Jepang dapat lebih efisien dari Indonesia lantaran kedua negara tersebut lebih banyak menerapkan sistem mencegah daripada mengobati.

Sementara masyarakat Indonesia akan berobat jika sudah merasakan sakit.

“Pesan saya buat teman-teman, hidup yang sehat adalah hidupnya yang mencegah, bukan mengobati, yang preventif bukan yang kuratif,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *