Kenang Kolektor Wayang Asal Amerika, Yayasan Lontar Buat Dokumenter

 

Jurnalindo.com – Jakarta, 06/12 – Yayasan Lontar mempersembahkan film dokumenter pendek berjudul “Semar Mesem dari Amerika (The Smiling Semar from America)” untuk memperingati meninggalnya kolektor wayang asal Amerika Serikat, Gregory Churchill (1947-2022).

Film dokumenter yang disutradarai oleh Eva Tobing dan disupervisi oleh John H. McGlynn dari Lontar ini berisi kenang-kenangan dan jejak karir dan kecintaan Greg pada wayang Indonesia, dengan kesaksian dari keluarganya di Amerika Serikat dan Indonesia.

“Saya mengenal Greg sejak tahun 1976 di Jakarta, dan sangat paham mengenai kecintaan Greg terhadap wayang dan kebudayaan Indonesia,” kata McGlynn dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Baca Juga: Upaya Polri Lestarikan Budaya Lewat Wayang Kulit

Gregory Churchill, atau lebih sering disapa Greg, adalah seorang ahli hukum yang berjasa besar dalam reformasi hukum di Indonesia. Namun yang tak kalah pentingnya adalah kecintaan Greg terhadap seni wayang di Indonesia.

Lontar mengatakan, Greg mengoleksi tidak kurang dari 8.000 wayang dari berbagai daerah di Indonesia. Ribuan boneka itu disimpan di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Menurut McGlynn, salah satu tujuan Greg adalah menempatkan koleksi wayangnya di museum khusus wayang yang dikelola dengan baik oleh pemerintah dan dapat dilihat oleh masyarakat luas.

“Sampai beliau wafat, cita-cita itu belum terwujud meski berbagai jalan sudah dilakukan untuk mewujudkan keinginannya,” ujar McGlynn.

Dengan total koleksi 8.051 wayang dan 452 topeng tari, film dokumenter The Smiling Semar dari Amerika mencatat bahwa Greg adalah orang asing kedua yang lahir setelah Dr. Walter Angst dan Henry Angst dari Swiss, yang seluruh koleksinya kini ada di Yale University Art. Galeri, AS.

 Baca Juga: BTS siapkan film Dokumenter Monuments Beyond the Star di sini

Film dokumenter “The Smiling Semar from America” ​​tayang perdana pada Minggu (4/12) di Pusat Kesenian Komunitas Salihara, Jakarta Selatan. Film dokumenter ini sekarang tersedia untuk umum untuk ditonton di saluran YouTube Lontar Foundation.

 

Untuk memperingati Greg, selain pemutaran film dokumenter, Yayasan Lontar juga mengadakan diskusi pada Minggu (4/12) bertajuk “Warisan Abadi: Tantangan Konservasi Boneka di Masa Depan” dan Pertunjukan Wayang Golek Cepak bersama dalang Ki Warsad dari Indramayu, Jawa Barat.

 

Melalui rangkaian acara Lontar Foundation, McGlynn mengatakan ingin kembali mewujudkan cita-cita luhur Greg sekaligus melestarikan wayang dan artefak di Indonesia.(jurnalindo/salman)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *