Dokter anak tidak menganjurkan lato lato untuk dimainkan balita

Jurnalindo.com Jakarta, 15/1 – Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr.D.Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH tidak menganjurkan anak di bawah usia 5 tahun (balita) untuk memainkan permainan latu latu yang keterampilannya belum baik.

“Motoriknya kurang bagus, sehingga mudah memukul bola sehingga memar, karena terlalu kencang dan lepas (bola),” ujar Kabag 3 Departemen Pusat IDAI. Awak media online, Minggu.

Menurut Bernie, orang tua harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum mengizinkan anaknya bermain lato-lato atau yang dikenal dengan istilah clackers ball, salah satunya adalah apakah kemampuan motorik halusnya sudah maksimal. Keterampilan motorik halus termasuk keterampilan fisik yang melibatkan gerakan-gerakan yang memerlukan koordinasi tangan-mata.

Baca Juga: Live Streaming dan Prediksi Pertandingan Atletico Madrid Vs Almeria

Bermain lato-lato, lanjut Bernie, sebenarnya juga bisa melatih area tangan, mulai dari lengan hingga jari-jari dan melatih tangan untuk bergerak. Permainan yang pernah populer pada tahun 1960-an dan 1970-an ini juga melatih ketelitian, yaitu bagaimana seorang anak dapat memperkirakan bagaimana bola-bola tersebut bertemu, fokus dan seimbang.

Selain kemampuan, pertimbangan lain untuk membiarkan anak bermain lato-lato adalah ketika mereka sudah paham ketika mendapatkan pendidikan terutama cara bermain yang aman dan taruhannya.

Anak-anak usia sekolah dan remaja termasuk yang boleh memainkannya, kata Bernie, karena mereka tahu taruhannya dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan keterampilan motorik halus dan kasar. Mereka juga mengerti apa yang dikatakan orang tua mereka tentang taruhan dan cara bermain yang benar.

“Pada usia sekolah atau usia remaja tentunya boleh. Tetapi, ada pendampingan orangtua. Jadi anak mengerti. Atau kalau belum terampil jangan terlalu kencang dulu nanti bisa mencederai diri sendiri,” kata Bernie.

Di sisi lain, orangtua perlu tetap melakukan pendampingan serta memilih bahan lato-lato agar tak membahayakan anak, semisal bukan dari bahan mudah pecah seperti di masa lalu. Bernie mengatakan, jika semakin cepat dan kuat kedua bola berbahan mudah pecah dibenturkan, maka akan menyebabkan menyebabkan luka.

“Dulu dibuat dari glass, kemudian diganti dengan bahan yang lebih aman. Kalau bahannya aman itu tidak apa-apa. Bagaimana bisa menyebabkan lebam? Kalau mengenai tubuh anak itu akan mudah lebam,” demikian kata dia.

(slmn/antara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *