Jurnalindo.com – Cemburu kepada pasangan memang merupakan hal yang wajar. Namun, ada kategori dimana cemburu yang Anda rasakan justru pertanda bahwa Anda sedang terkena sindrom.
Sebelumnya, cemburu adalah emosi kompleks yang umum dialami sebagian besar orang di waktu tertentu dalam periode kehidupannya. Kita semua memiliki tingkat kecemburuan.
Dalam hal ini belum ada ketegasan batasan atau konsensus jelas tentang apa yang disebut kecemburuan normal dan kecemburuan patologis ( tidak normal). Pada tahap ini, seseorang akan disebut mengalami sindrom Othello.
Kecemburuan umumnya ditandai sebagai reaksi emosional negatif yang muncul saat seseorang kehilangan (atau takut kehilangan) hubungan yang berharga karena ancaman saingan, baik bersifat nyata maupun imajinatif.
Seperti dilansir dari antaranews, sindrom patologi atau othello adalah keadaan dimana sekumpulan emosi dan pikiran irasional, dengan perilaku ekstrem atau tidak dapat diterima, yang muncul akibat terlalu khawatir akan ketidaksetiaan oleh pasangan yang belum terbukti dilakukan.
Mengenal lebih dekat dengan sindrom Othello
Sindrom Othello adalah kepercayaan yang salah bahwa pasangan dirinya atau kekasihnya tidak setia. Istilah sindrom Othello pertama kali dikemukakan oleh psikiatris Inggris, John Todd dan K Dewhurst, melalui publikasi di Journal of Nervous and Mental Disorder tahun 1955, berjudul “The Othello Syndrome: a study in the psychopathology of sexual jealousy”.
Eponim sindrom Othello terinspirasi dari naskah drama tragis tahun 1603 karya William Shakespeare. Selain Shakespeare, banyak juga sastrawan dan penulis ternama yang melukiskan pengalaman dan perilaku emosional seseorang yang cemburu melalui maha karya mereka.
Sebutlah mulai dari Boccaccio dalam “The Decameron”, Burton melalui “Anatomy of Melancholy”, de Maupassant dengan “One Evening”, dan Tolstoy melalui karyanya “The Kreutzer Sonata”.
Pada akhir abad ke-19, von Krafft-Ebing berhasil menemukan asosiasi sindrom Othello dan adiksi alkohol. Ia mendeskripsikan sindrom ini sebagai patognomonik alkoholisme. Tahun 1906 Alois Alzheimer mengungkapkan kasus Auguste Deter yang terkait dengan penyebab terserang demensia. Pasien merasa sangat cemburu kepada suaminya, memburuknya memori secara cepat, dan gangguan psikososial.
Fenomena sindrom Othello pada demensia diinvestigasi pertama kali secara komprehensif tahun 1997. Sindrom Othello dijumpai di berbagai tipe demensia degeneratif dan non-degeneratif.
Tuduhan perselingkuhan atau ketidaksetiaan berkembang secara paralel seiring dengan deteriorasi fungsi kognitif. Di tahap awal penyakit, gejala lebih sering muncul di malam hari. Seiring berlalunya waktu, tuduhan itu menjelma konstan.
Sekitar 61,9 persen penderita sindrom Othello adalah kaum pria. Studi lain menemukan bahwa perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan pria pada kelompok pasien psikiatris dengan sindrom Othello.
Penderita sindrom Othello menunjukkan perubahan mental yang nyata, misalnya agresi berlebihan, sikap permusuhan, dan mudah tersinggung.
Para penderita sindrom Othello dapat mengumpulkan bukti berbasis kejadian atau peristiwa secara acak, merekam percakapan, screenshoot media sosial di gawai, barang-barang atau perabotan rumah tangga yang salah tempat untuk mendukung kecurigaan mereka.
Berbagai referensi menyebutkan bahwa sebagian besar kaum Adam tersangkut kasus pembunuhan karena tragedi cemburu. Hal ini bukan berarti pria lebih cemburu dibandingkan perempuan.
Kecemburuan patologis merupakan kondisi berbahaya pada pria. Kemungkinan inilah sebab mengapa para psikiater lebih memperhatikan para pria yang cemburu. Perilaku mereka lebih sering terlibat kasus pembunuhan dan bunuh diri.
Terdapat perubahan personaliti dan perilaku yang signifikan pada penderita sindrom Othello. Jelaslah bahwa penderita sindrom Othello berpotensi membahayakan diri mereka sendiri. (Nawa)