Jurnalindo.com – Perlu Anda ketahui, kekerasan terhadap anak tidak hanya kekerasan fisik maupun pelecehan seksual. Namun, lebih dari ini. Tanpa kita sadari, perilaku buruk orangtua kepada anaknya pun termasuk kekerasan. Bahkan ada beberapa tanda anak alami kekerasan yang bisa membekas pada fisik ataupun memori anak.
Beberapa orang dewasa banyak yang tidak sadar pernah melakukan tindak kekerasan kepada anak. Ataupun dirinya dulu pernah mengalaminya saat masih anak-anak. Setiap bentuk pelecehan dan penyiksaan pada anak yang berusia 18 tahun ke bawah, maka termasuk kekerasan anak.
Ada beberapa faktor atau penyebab kekerasan pada anak, dari masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan, anak yang tidak menurut, dan lainnya. Kekerasan tersebut dapat mengakibatkan cedera atau bahaya bagi anak. Baik terjadi dari bentuk emosional, fisik, seksual, bahkan penelantaran.
Adanya pengalaman buruk pada anak dapat terus bertahan bahkan sampai anak tersebut menjadi dewasa hingga bermanifestasi dengan sikap tertentu. Seperti lebih mengintimidasi ataupun membandingkan dirinya dengan diri orang lain.
Tanda Anak Alami Kekerasan oleh Orangtua
Adanya kekerasan kepada anak, dapat menimbulkan masalah fisik maupun psikologis saat ini ataupun kemudian hari. Secara fisik dapat kita lihat dari tubuhnya yang memiliki tanda bekas kekerasan.
Bila kita lihat dari segi psikis, maka anak yang telah menjadi korban mungkin mengalami gangguan kejiwaan, gangguan stres dan trauma, cemas, depresi, dan psikotik. Ada banyak ciri-ciri trauma kekerasan yang dapat kita kenali pada anak.
Bagi orangtua yang sering sekali tak menyadari ataupun terlambat menyadari bahwa anaknya mengalami masalah karena korban kekerasan. Maka, penting bagi Anda untuk mencari tahu apa saja gejala atau tanda anak alami kekerasan yang kemungkinan anak Anda menjadi korbannya.
Anak bisa saja mengalami mimpi buruk dan tidak dapat ia jelaskan penyebabnya. Perhatiannya yang sering teralihkan ataupun lebih sering melamun dan kurang konsentrasi. Dan juga mengalami perubahan pola makan, nafsu makan berkurang, hingga kesulitan untuk menelan.
Selain itu, juga berdampak pada adanya perubahan suasana hati yang tiba-tiba ceria menjadi marah atau sedih, merasa tak aman dan sering mengalami ketakutan. Adakalanya kita tak sadar menjadi korban kekerasan emosional dari orangtua saat masa kecil.
Dan sebagai orangtua, mungkin sering melakukan kekerasan kepada anak secara sengaja maupun tidak disadari. Namun, dampak kekerasan tersebut bisa berkepanjangan dan memengaruhi anak pada masa depannya.
Lalu, apa saja tanda kekerasan anak? Dan bagaimana dampak kekerasan tersebut? Menurut ahli, ada tanda-tanda yang dapat kita kenali, diantara yaitu:
1. Orangtua Meminta Selalu diutamakan
Memang orangtua perlu mengutamakan diri agar dapat mengurus anak dengan baik. Tapi, bila terus-menerus hanya memprioritaskan keperluan mereka daripada keperluan anak. Ini bisa bermanifestasi menjadi tindak kekerasan emosional pada anak.
Menurut PsyD direktur nasional Layanan tetapi keluarga yaitu Tara Krueger, PsyD “ketika anak masih terlalu muda mengurus dirinya sendiri”. Misalnya ada orangtua yang sering meninggalkan anaknya tanpa pengasuh demi hal-hal yang kurang penting.
2. Membatasi Perhatian dan Kasih Sayang
Bentuk kekerasan emosional lebih sulit kita kenali daripada kekerasan fisik, karena tak meninggalkan bekas. Bila kita membatasi perhatian dan kasih sayang dan enggan bersikap lebih hangat kepada anak. Selain itu, tidak mau memberi apresiasi, afirmasi ataupun bentuk perhatian lainnya.
Dengan sengaja, ini dapat menjadi tindak kekerasan yang Anda lakukan sebagai orangtua. Begitu juga bila Anda hanya bertindak hangat bila anak telah melakukan suatu hal sesuai kehendak Anda.
3. Mengisolasi Anak
Melakukan Isolasi kepada anak juga menjadi bentuk kekerasan emosional sering Anda gunakan. Bertujuan agar memiliki kendali yang memutuskan hubungannya bermain bersama teman lain, keluarga, serta orang yang dia cintai.
Menurut Krueger. orangtua yang memisahkan anak dengan orang lain, ini dapat mencegah mereka dapat mengembangkan keterampilan sosialnya atau mencari bantuan,” tuturnya.
- Mengabaikan Anak
Bentuk pengabaian merupakan salah satu tindak kekerasan emosional yang paling sering. Efeknya dapat merusak kesehatan mental, fisik, dan emosional anak. Sebuah tinjauan 2015 menemukan, tindak kekerasan selama masa anak-anak berkaitan dengan respons kekebalan yang memburuk.
Bahkan kesehatan pada masa dewasa nanti. Masalah inipun juga akan menghambat berkembangnya otak anak. Sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis sehingga berpotensi menimbulkan perilaku yang berisiko tinggi.
Kekerasan pada anak perempuan dan laki-laki bisa saja menimbulkan gangguan yang fatal hingga dewasa. Kewajiban orangtua kepada anak yaitu memenuhi keperluannya. Termasuk memberi perhatian dan kasih sayang, merawat dan melindungi anak.
Bila kedua orangtua tak dapat memenuhi keperluan anak, maka masuk kategori penelantaran anak. Karena tindakan tersebut termasuk pada salah satu bentuk kekerasan kepada anak.
Sebab, seorang anak tentunya masih memerlukan perhatian, perlindungan, dan kasih sayang orangtua. Bagi orangtua yang tak mampu atau tak mau memberi segala keperluan anak, itu artinya telah melakukan kekerasan.
5. Sering Membandingkan Anak dengan yang Lain
Apabila orangtua terus-terusan membandingkan anak dengan yang lain, ini juga merupakan bentuk perbuatan kasar. Sebaik apapun bentuk pencapaian anak yang sudah berhasil ia raih, maka jangan bandingkan dengan pencapaian anak saudara, saudara kandung, tetangga, atau sepupu.
Sebenarnya ini bukan selalu Anda niatkan sebagai bentuk yang buruk, akan tetapi, kita jadikan sebagai upaya agar memotivasi anak. Namun, dari niatnya, ini dapat menjadi menimbulkan efek jangka pendek. Misalnya timbulnya rasa malu dan rasa marah.
Menurut Krueger “Efek jangka panjang, termasuk menurunnya harga diri hingga mengurangi kepercayaannya kepada orang lain,”. Kita harus tahu, setiap anak memiliki kepribadian dan keterampilan yang berbeda.
Sehingga dengan membandingkannya dengan orang lain. Mungkin saja akan menurunkan tingkat kepercayaannya terhadap kemampuan yang ia miliki.
6. Mengintimidasi Anak
Menurut Krueger, “tindakan mengintimidasi anak juga dapat menjadi tindak kekerasan emosional ekstrem. Sebab menyebabkan korban akan merasa tak berdaya, takut dan putus asa,” Bentuknya pun juga beragam. kemarahan orang tua sering tak terduga saat terjadi konfrontasi.
Inilah yang membuat anak akan merasa kurang aman dalam mengungkapkan pendapat ataupun perasaannya. Karena Ibu atau Ayah yang sering melakukan kekerasan tersebut cenderung memaki, berteriak, mengamuk, menghina. Bahkan lebih parahnya lagi sering melempar barang saat tak setuju dengan anak.
Kata Krueger “emosi buruk, kurang empati, serta kebutuhan kontrol tinggi bisa menyebabkan orangtua melakukan intimidasi pada anak”. Sangat kita sayangkan, kekerasan seperti ini memiliki dampak abadi bagi anak.
Sebuah studi 2021 menemukan dari segala kemungkinan bentuk perlakuan yang buruk dan pelecehan emosional. Termasuk tingkat PTSD (insiden tertinggi gejala masalah stres pasca trauma).