Jurnalindo.com – Jika Anda adalah perokok aktif namun dan memiliki seorang anak, maka Anda lebih baik berhati-hati sedini mungkin.
Asap rokok mampu mempengaruhi proses pertumbuhan anak. Semakin besar risiko dan semakin lama anak terpapar asap rokok, dapat memperbesar potensi stunting pada anak. Hal itu turut mempengaruhi IQ anak menjadi jauh lebih pendek dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak merokok termasuk menyebabkan tinggi badan anak menjadi lebih pendek.
Fakta lain menyebutkan jika orang tua perokok dapat mempengaruhi status gizi anaknya menjadi buruk. Hal ini dikarenakan pengeluaran per minggu untuk kebutuhan rumah tangga digunakan untuk membeli rokok dibandingkan membeli sumber protein.
Sebesar 22 persen ayah menghabiskan dana untuk membeli rokok, sehingga ibu hanya dapat membeli beras sebesar 19 persen Padahal, uang yang banyak itu dapat dialihkan untuk membeli makanan berprotein seperti daging dan ikan, biaya kesehatan dan pendidikan.
Kurangnya asupan protein hewani itu kemudian menempatkan anak dalam kondisi kurang gizi sehingga menjadi stunted (kekerdilan) atau wasted (kondisi berat badan anak menurun atau sangat kurang). Sayangnya, hal itu kerap terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Seorang anak cenderung mudah terkena asma, gangguan penglihatan pada matanya mudah terpapar penyakit berbahaya seperti bronkitis, leukemia serta fungsi kepandaian menjadi terhambat.
Selain ayah, ibu hamil yang merokok juga menyebabkan janin memiliki risiko gangguan kesehatan seperti lahir dengan berat badan rendah (BBLR), prematur, mengalami kecacatan bawaan hingga kematian.
Dalam hal ini, semua pihak harus serius menjaga kesehatan anak agar tak terpapar rokok terlebih pada usia 1.000 HPK. Jika ibu hamil adalah seorang perokok, maka berlatihlah dengan serius untuk menahan keinginan merokok dan mengalihkan dengan mengonsumsi camilan sehat. (Nawa)