Jurnalindo.com, – SMAN 1 Tayu terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Usai meraih predikat Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Tahun 2025, sekolah ini melaksanakan kegiatan penanaman mangrove (Mageri Laut) di Pantai Ujung Tluwuk, Desa Tluwuk, Kecamatan Wedarijaksa, pada Rabu (15/10/2025).
Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari pencapaian Adiwiyata, sekaligus bentuk nyata kepedulian sekolah terhadap pelestarian ekosistem pesisir. Program ini digelar melalui kerja sama antara SMAN 1 Tayu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, dan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan terbentuk sinergi berkelanjutan antara dunia pendidikan, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi dalam menjaga keseimbangan alam.
Kegiatan Mageri Laut diikuti oleh puluhan siswa dengan penuh semangat. Mereka terlibat langsung dalam proses penanaman bibit mangrove dan mendapatkan edukasi mengenai pentingnya menjaga kawasan pesisir dari abrasi dan kerusakan lingkungan.
Salah satu peserta, Thoreh Aji Wibowo Mukti, mengaku bangga bisa turut serta dalam kegiatan tersebut.
“Saya senang bisa ikut menanam mangrove bersama teman-teman. Kegiatan ini memberi pengalaman baru dan membuat saya sadar bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab kita semua,” ujarnya.
Selain menjadi kegiatan sosial dan lingkungan, penanaman mangrove juga menjadi media pembelajaran kontekstual bagi siswa untuk memahami peran penting hutan mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Kepala SMAN 1 Tayu, Setyo Haryono menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi program Adiwiyata untuk menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini.
“Kami berharap peserta didik dapat tumbuh menjadi generasi yang peduli terhadap lingkungan dan mampu menjadi agen perubahan di masyarakat,” terangnya.
Ia menambahkan, pencapaian sebagai Sekolah Adiwiyata tidak hanya menjadi penghargaan semata, tetapi juga tanggung jawab untuk terus menjaga konsistensi dalam menerapkan prinsip ramah lingkungan di lingkungan sekolah.
Dengan terselenggaranya kegiatan Mageri Laut, SMAN 1 Tayu membuktikan bahwa prestasi akademik dapat berjalan seiring dengan kepedulian terhadap kelestarian alam.
Melalui langkah konkret seperti penanaman mangrove, sekolah ini meneguhkan diri sebagai pelopor pendidikan berwawasan lingkungan di Kabupaten Pati. (Juri/Jurnal)
Related News
Keterbatasan Tak Halangi Semangat: Farel, Anak Disabilitas dari Pati Penghafal Al-Qur’an yang Menginspirasi Setiap hari bibir mungil itu tak lepas dari lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dialah Farel Gischa Febianto, bocah 12 tahun asal Perumahan Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Seorang anak disabilitas yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi di jalan Allah. Meski tak bisa membaca, Farel mampu menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an dengan fasih dan penuh penghayatan. Ia belajar melalui metode mendengarkan murottal dari ponsel kecilnya. Hanya dengan satu atau dua kali mendengar, Farel sudah mampu menirukan bacaan dengan sempurna. “Nama Farel, setiap hari ngaji terus, sholat, ibadah,” tutur Farel polos saat ditemui di rumahnya, Rabu (15/10/2025), didampingi sang ibu, Tumi’ah, dan orang tua asuhnya, Sri Saptono Yuni Ismoyo. Di tengah kondisi fisiknya yang terbatas, Farel tetap menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Seperti anak-anak lain, ia berangkat sekolah setiap hari, namun selepas belajar, waktunya banyak ia habiskan untuk mengaji dan mengulang hafalannya. Orang tua asuhnya, Ismoyo, yang juga pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al Khidmah, menceritakan bahwa Farel termasuk anak non-panti yang mendapatkan pembinaan khusus. Ia kerap diberi kesempatan tampil membaca Al-Qur’an di berbagai acara keagamaan. “Pertama kali dia tampil di depan umum di LKSA Al Khidmah. Sejak itu, setiap ada kegiatan keagamaan, saya ajak. Tujuannya supaya Farel percaya diri dan terus semangat,” ujarnya. Farel dikenal memiliki daya ingat yang luar biasa. Ia bisa melanjutkan bacaan ayat meskipun hanya dipancing dengan beberapa kata. Tak jarang, para tokoh agama terharu mendengar lantunannya yang merdu dan penuh makna. Bahkan, Farel pernah tampil membaca Al-Qur’an di hadapan kiai dan jamaah haji di Gedung Korpri Pati, mendapat sambutan haru dari seluruh hadirin. Farel mulai belajar menghafal Al-Qur’an sejak tahun 2020 ketika diasuh oleh LKSA Al Khidmah. Ia belajar melalui murottal dan menirukan bacaan yang ia dengar. “Mulai menghafal waktu masuk panti pertama, pakai HP kecil. Suara murottal didengarkan, lalu dia tirukan. Ingatannya kuat sekali,” ujar Tumi’ah, ibunya, dengan mata berkaca-kaca. Bagi Tumi’ah, Farel bukan hanya anak istimewa, tapi juga sumber kebanggaan dan pengingat untuk selalu bersyukur. “Dia yang mengajari saya ngaji sekarang. Saya malah sering minta diajarin Farel,” katanya sambil tersenyum haru. Kini, Farel mendapat beasiswa dari guru ngajinya sebagai bentuk apresiasi atas semangat dan kemampuannya. Ia bercita-cita ingin menjadi ustad yang bisa mengajarkan Al-Qur’an kepada banyak orang. “Farel ini ibadahnya rutin. Saya berharap kelak dia bisa mandiri dan benar-benar jadi ustad seperti cita-citanya,” tutur sang ibu. Bagi banyak orang, mungkin keterbatasan adalah alasan untuk menyerah. Tapi bagi Farel, keterbatasan justru menjadi jalan menuju keistimewaan. Dari suaranya yang lembut melantunkan ayat suci, tersimpan pesan kuat bahwa Allah tak menilai dari fisik, melainkan dari ketulusan hati dalam beribadah dan berjuang di jalan-Nya.
