Populasi Lebah Menyusut, Produksi Madu di Gunungwungkal Merosot Tajam

Jurnalindo.com, – Musim produksi madu tahun 2025 mengalami penurunan signifikan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya populasi lebah yang banyak dimangsa burung, serta cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan bunga, terutama bunga randu.

Tatik, petani madu asal Desa Gunungwungkal, Kabupaten Pati, mengaku hasil panen madu tahun ini jauh dari ekspektasi. Ia menyebutkan bahwa pada bulan Mei hingga Juni 2025, produksi madunya hanya mencapai 8 kwintal, menurun tajam dari tahun sebelumnya yang mencapai 14 kwintal.

“Di luar prediksi, Mei-Juni cuma sedikit, cuma 8 kwintal. Kalau tahun lalu bisa 14 kuintal,” ujar Tatik saat dihubungi awak media (28/7/2025).

Dia menjelaskan bahwa penyebab utama berkurangnya produksi adalah gangguan dari burung, yang memangsa lebah hingga sarangnya rusak.

Bahkan, ia menyebutkan burung tersebut mirip burung dali yang kerap merusak peternakan lebah.

“Tawon ku agak jelek tahun ini, bekas dimakan burung. Kalau teman-temanku, banyak juga yang turun produksinya karena vegetasi di sekitar peternakan sedikit,” katanya.

Kondisi diperburuk dengan cuaca yang tak menentu, menyebabkan bunga terutama randu tidak mekar serempak. Padahal, madu randu merupakan jenis yang paling digemari konsumen.

“Kembangnya randu gak bareng mekar. Biasanya mekar dari akhir Mei sampai awal Juli,” tambahnya.

Dampak dari rendahnya produksi juga terasa di pasar. Harga madu randu yang biasanya stabil di kisaran Rp 60 ribu per kilogram, kini turun menjadi Rp 50 ribu per kilogram di level grosir.

“Harga pasar tahun ini madu randu grosir Rp 50.000 per kilogram bersih tanpa jerigen. Kalau tahun kemarin sekitar Rp 60.000 per kilogram,” jelasnya.

Meski produksi menurun, Tatik mengaku penjualan masih lancar. Ia masih memiliki stok sekitar 50 kilogram madu randu dari total produksi 110 kilogram. Madu tersebut dijual ke berbagai daerah, termasuk Semarang dan Kalimantan Selatan.

Saat ini, Tatik dan keluarganya tengah memasuki musim produksi madu dari bunga mangga. Ia berharap panen kali ini bisa mencapai lebih dari 1 ton seperti tahun lalu, yang sempat ludes terjual.

“Setelah madu randu, sekarang masuk musim nektar mangga. Harapannya ini bisa sampai 1 ton lebih. Kalau tahun kemarin madu mangga langsung ludes,” ungkapnya.

Ia berharap panen mendatang bisa melimpah dan harga kembali stabil. Menurutnya, harga madu yang tidak menentu cukup menyulitkan petani.

“Harapan saya panen melimpah dan harga stabil. Dulu zaman Corona harga bisa sampai Rp 130.000 per kilogram,” pungkas Tatik. (Juri/Jurnal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *