Jurnalindo.com, – Sanggar Widyas Budaya kembali memukau ratusan penonton melalui pentas tahunan ke-18 yang digelar di Gedung Serbaguna Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Minggu (28/12/2025) malam. Tahun ini, epos legendaris Sendratari Ramayana menjadi sajian utama.
Puluhan penari cilik hingga remaja tampil bergantian menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Penonton tampak terpukau menyaksikan ragam tarian tradisional yang dibawakan dengan penuh penghayatan.
Sejumlah tarian seperti Tari Jeket Nuswantoro, Golek Manis, Kupu-kupu Manis, Tari Tampak, Tari Lilin, hingga tarian kreasi lainnya silih berganti menghibur penonton. Suasana semakin hidup ketika kisah Ramayana dipentaskan, mulai dari adegan penculikan Dewi Sinta hingga peperangan sengit antara Rama dan Kurawa.
Pimpinan Sanggar Widyas Budaya, Hani Indrayani, mengatakan pementasan tersebut merupakan hasil kerja keras para siswa yang telah berlatih intensif selama satu tahun terakhir.
“Ini adalah pentas tahunan ke-18. Sekitar 56 anak ikut tampil dengan sembilan tarian dan satu sendratari Ramayana. Pentas ini menjadi ajang kreativitas anak setelah satu tahun belajar,” ujarnya.
Hani juga mengapresiasi peran besar para wali murid yang terus memberikan dukungan dan kepercayaan kepada sanggar dalam mendidik anak-anak mereka di bidang seni tari.
“Usia penari mulai dari tiga tahun hingga mahasiswa. Dukungan orang tua sangat menentukan suksesnya pementasan ini,” tambahnya.
Lebih dari sekadar pertunjukan seni, pentas tahunan ini menjadi upaya Sanggar Widyas Budaya untuk menanamkan kecintaan generasi muda terhadap seni tari tradisional agar tidak tergerus zaman.
“Setiap tahun kami selalu mengusung tema berbeda. Tahun ini Ramayana, tahun depan akan ada tema baru lagi. Tujuannya agar anak-anak terus mengenal kekayaan budaya Indonesia,” jelasnya.
Selain mengasah kemampuan menari, para siswa juga dibekali pendidikan karakter melalui nilai-nilai tata krama dan sopan santun khas budaya Jawa.
“Lewat tari tradisional, anak-anak belajar unggah-ungguh, sopan santun, dan karakter. Ini penting sebagai pondasi sebelum mereka belajar tari kreasi,” pungkas Hani. (Juri/Jurnal)












