jurnalindo.com, Rembang – Sepupu KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha, Muhammad Umar Faruq, memenangkan pemilihan Kepala Desa Narukan (Pilkades), Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Gus Faruk, sapaan akrab Muhammad Umar Faruq, mendapatkan 709 suara sah dalam Pilkades yang digelar Minggu (2/10/2022). Sementara lawannya, Kades saat ini, Hanik Setiawati, hanya mendapat 330 suara.
Video kemenangan tersebut terekam dan tersebar luas di sejumlah platform media sosial. Video berdurasi 28 detik itu merekam ratusan warga yang mengarak kepala desa terpilih, Gus Faruq. Selama prosesi, pendukung Gus Faruk meneriakkan “duit ora payu” atau uang tidak laku. Pengunduhan tersebut juga disertai dengan artikel yang menyebutkan pihak lawan telah mendistribusikan hingga 700 ribu per orang.
”Pemilihan Lurah di desa Narukan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Jawa Tengah, dimenangkan oleh Gus Faruq (adik sepupu Gus Baha), lawannya bagi-bagi uang 700 ribu per kepala.
KH Zaimul Umam (Gus Umam) yang juga adik Gus Baha membenarkan video tersebut dilansir dari Murianews. Menurut pria yang juga Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Partai Rembang (PPP), inilah sikap masyarakat yang tidak butuh uang untuk memilih Gus Faruq. Orang ingin perubahan, bukan uang untuk sesaat.
”Memang kami ini sejak awal tidak punya kemampuan secara logistik. Tapi, kami punya kekuatan interaksi sosial kepada masyarakat yang sudah terbangun sejak buyut-buyut saya,” ujar dia, Senin (3/10/2022).
Kemenangan di Pilkades karena dekat dengan masyarakat dan tidak menggunakan politik uang. Menurutnya, ini adalah kepercayaan keluarganya. Kemajuan Gus Faruq adalah dorongan dari orang-orang yang ingin merasakan perubahan. Karena itu, pihaknya memperingatkan masyarakat terhadap perubahan ini.
”Kami katakan pada masyarakat, kalau ingin perubahan, ini bukan menjadi tanggung jawab keluarga ndalem. Tapi menjadi tanggung jawab bersama. Alhamdulillah, luar biasa antusiasme masyarakat dalam mendukung adik kami,” kata Gus Umam.
Gus Umam mengaku menyayangkan jika masih ada kontestan politik yang menganggap masyarakat serba pragmatis dan kapitalis.
”Lawannya (Gus Faruq) adalah kades petahana. Memang masih pola pikirnya melihat masyarakat dianggap semua pragmatis, kapitalis, memilih figur publik secara transaksional, bukan melihat kualitas kepribadian dan keteladanan. Itu mungkin yang dipakai,” pungkas dia.












