Jurnalindo.com, – Program Optimalisasi Lahan (Oplah) di Kabupaten Pati telah berhasil membuka dan menata 200 hektare lahan tadah hujan, yang kini menjadi dasar pembentukan Brigade Pangan oleh Kementerian Pertanian.
Lahan-lahan tersebut sebelumnya kurang produktif karena minimnya akses air, namun kini mulai dimanfaatkan untuk peningkatan produksi pertanian berbasis modernisasi.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Pati, Diana Kusumawati, menjelaskan bahwa seluruh 200 hektare lahan pasca Oplah ini telah dipetakan berdasarkan desa dan kecamatan yang menjadi sasaran. Lahan tersebut akan dikelola oleh Brigade Pangan yang beranggotakan petani milenial.
“Lahan-lahan ini merupakan hasil Oplah yang kami dampingi. Totalnya 200 hektare, tersebar di enam desa, dan semuanya merupakan lahan tadah hujan yang kini mendapat dukungan sarana air dari pemerintah,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).
Dikatakan, 200 Hektar Lahan Pasca Oplah di Pati menyebar di berbagai desa dan dua Kecamatan yaitu:
Kecamatan Jakenan
Desa Sidomulyo: 35 hektar
Desa Sembaturagung: 50 hektare
Kecamatan Winong
Desa Serut Sadang: 25 hektar
Desa Pekalongan: 25 hektar
Desa Blingijati: 35 hektar
Desa Karangsumber: 35 hektar
Total: 200 hektare
Lahan-lahan tersebut diprioritaskan karena kondisi geografisnya berupa tadah hujan tanpa sistem irigasi, sehingga sulit mencapai Indeks Pertanaman (IP) optimal.
Melalui program Oplah, pemerintah memberikan intervensi berupa pembuatan sumur dalam dan penataan sistem drainase untuk mendukung peningkatan masa tanam.
Ketua Brigade Pangan Kabupaten Pati, Nur Fuad, menuturkan bahwa lahan pasca Oplah inilah yang menjadi dasar pembentukan Brigade Pangan.
“Ketentuan Brigade Pangan adalah harus mengelola lahan pasca Oplah. Di Pati, total lahannya 200 hektare. Dua sumur telah dibuat untuk mendukung pengairan, dan kami bekerja sama dengan kelompok tani setempat,” jelasnya.
Dengan dukungan sarana air tambahan, lahan-lahan tersebut berpotensi meningkatkan IP secara signifikan. Lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanam sekali dalam setahun kini ditargetkan bisa ditanami dua hingga tiga kali.
Fuad menegaskan bahwa optimalisasi 200 hektare lahan ini bukan hanya soal produksi, tetapi juga regenerasi petani.
“Brigade Pangan bukan hanya membantu ketahanan pangan, tetapi juga menjadi wadah bagi petani muda untuk menunjukkan kemampuannya,” tambahnya. (Juri/Jurnal)












