jurnalindo.com – Kota Bengkulu, 02/9 – Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menyebutkan pada triwulan ke dua pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan sebesar 4,76 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 3,11 persen.
Pertumbuhan ekonomi di Bengkulu didukung dari sisi produksi, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,29 persen.
Kemudian dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,97 persen.
“Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” kata Rohidin di Kota Bengkulu, Jum’at.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Win Rizal menjelaskan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II mencapai Rp22,80 triliun dan atas dasar harga konstan pada 2010 sekitar Rp12,73 triliun.
Ekonomi Provinsi Bengkulu pada semester pertama 2022 jika dibandingkan dengan 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 3,96 persen.
“Hal tersebut terjadi pada Transportasi dan Pergudangan sebesar 14,13 persen dan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen PK-LNPRT sebesar 7,25 persen,” ujarnya.
Sementara itu, pemerintah Provinsi Bengkulu saat ini sedang melakukan upaya menekan angka inflasi di Bengkulu.
Seperti melakukan pemanfaatan pekarangan dan kegiatan-kegiatan guna memacu produktivitas komoditas seperti telur, cabai dan bawang merah.
Kemudian untuk telur ayam, pihaknya telah melakukan pertemuan khusus untuk membahas bagaimana memacu meningkatnya hasil telur ayam bagi para pelaku usaha ayam telur di Bengkulu.
“Seperti dimungkinkan membentuk plasma inti, pengembang peternak – peternak kecil, termasuk bagaimana menanam cabe dengan memanfaatkan pekarangan,” terangnya.
Selain itu, saat ini inflasi di Provinsi Bengkulu masih dapat dikendalikan, meskipun ada beberapa komoditas seperti cabai, telur ayam dan lainnya yang mengalami peningkatan harga, namun masih terkendali.
Sebab untuk cabai merah, bawang merah dan telur ayam merupakan komoditas yang memiliki pengaruh besar dalam terjadinya inflasi. (ara/rido)