jurnalindo.com – Pekanbaru, 14/9 – Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik menyebutkan skor pola pangan harapan (PPH) Provinsi Riau pada tahun 2021 mencapai 84,1, atau masih di bawah angka rata-rata skor PPH Indonesia sebesar 86,3.
“Skor PPH Provinsi Riau berada di urutan 14 dari 34 provinsi di Indonesia, sedangkan target sampai 2024 sebesar 95,” kata Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (PTPH) Provinsi Riau Syahfalefi ketika membuka acara Festival Pangan Lokal atau Lomba Cipta Menu (LCM) Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) dan Edukasi Pangan Lokal Tingkat Provinsi Riau Tahun 2022 di Halaman Gedung Dharma Wanita, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Selasa (13/9).
Syahfalefi menjelaskan bahwa skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat untuk merencanakan kebutuhan konsumsi pangan. Skor PPH maksimal adalah 100. Makin tinggi skor PPH maka makin beragam dan seimbang konsumsi pangan penduduk
Untuk mencapai target Provinsi Riau sampai tahun 2024 sebesar 95, menurut dia, perlu kerja keras dari semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat, melalui upaya gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
“Upaya ini penting karena juga telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi,” katanya.
Ia menyebutkan Provinsi Riau memiliki potensi pangan lokal sumber karbohidrat nonberas yang cukup besar tersedia hampir di seluruh wilayah kecamatan, baik yang terdapat di pekarangan, lahan pertanian maupun di lahan perkebunan, seperti sagu, talas, dan umbi-umbian.
Meski demikian, lanjut dia, pemanfaatan potensi tersebut sampai saat ini masih belum optimal dan kurang diberdayakan.
“Yang menjadi tantangan Riau saat ini adalah bagaimana mendiversifikasi makanan olahan yang berasal dari bahan pangan nonberas tetapi tetap mempertahankan nilai gizi yang seimbang,” ujarnya.
Oleh karena itu, dalam upaya mempercepat pemahaman masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dan dalam rangka meningkatkan kreasi nilai tambah produk pangan lokal maka menggelar lomba cipta menu (LCM) secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, maupun nasional.
“Harapannya hasil festival ini akan dapat diaplikasikan secara permanen dan massal kepada seluruh masyarakat Provinsi Riau,” ucapnya.
Selain itu, dia berharap lomba itu dapat berdampak positif pada peningkatan jiwa kewirausahaan ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Provinsi Riau.
Peningkatan kreativitas dan inovasi serta peningkatan nilai tambah produk pangan lokal Provinsi Riau yang akhirnya akan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Pada festival pangan lokal B2SA tingkat Riau itu dihadiri Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar dan Ketua TP PKK Provinsi Riau Misnarni Syamsuar, ketua TP PKK kabupaten/kota se-Provinsi Riau, pelajar SMA/SMK di Kota Pekanbaru dan lainnya.
Ia menyebutkan peserta festival pangan itu meliputi tim Penggerak PKK bekerja sama dengan dinas ketahanan pangan kabupaten/kota yang terdiri atas 11 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar, Kota Dumai, Kota Pekanbaru, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, dan Kabupaten Kepulauan Meranti. (ara/rido)