Oase  

Bagaimana Hukum Puasa Melewatkan Sahur Karena Tertidur? Mari Simak Penjelasannya Berikut Ini!

Jurnalindo.com – Ibadah puasa ramadhan selalu lekat dengan aktivitas makan sahur. Kita dianjurkan sahur sebelum menjalankan puasa pada siang harinya. Namun kadang, banyak orang meninggalkan sahur dengan berbagai alasan. Kira-kira, bagaimana hukum puasa melewatkan sahur?

Supaya lebih mudah menjawab pertanyaan tentang hukum puasa tanpa sahur, mari kita simak dahulu perkara apa saja yang menjadi syarat sahnya ibadah puasa.

Syarat sah puasa itu ada lima. Artinya, apabila salah satu perkara dari syarat sah ini terlewatkan maka ibadah puasa tidak bernilai. Pertanyaannya, apakah sahur termasuk perkara yang menentukan sahnya puasa?

Syarat sah puasa yang pertama adalah beragama islam. Mereka yang tidak memeluk agama islam tidak punya kewajiban menunaikan ibadah puasa. Begitu pula dengan muslim yang menyatakan dirinya murtad atau meninggalkan islam.

Syarat kedua adalah tamyiz. Tamyiz artinya sudah memasuki usia baligh dan juga berakal sehat. Umat muslim yang sudah baligh, namun memiliki gangguan kesehatan mental atau gila, tidak wajib mengerjakan ibadah puasa.

Syarat sah berikutnya adalah suci dari haid dan juga nifas bagi seorang perempuan. Selain suci dari haid dan nifas, umat muslim yang menjalankan puasa juga harus tahu kapan awal bulan ramadhan. Karena ini juga termasuk syarat sahnya puasa.

Terakhir, adalah sehat kuat atau mampu menjalankan puasa. Ibadah puasa tidak berlaku bagi orang yang sakit sehingga fisiknya tidak mampu berpuasa satu hari penuh. Sebagai gantinya, mereka harus membayar fidyah atau berpuasa pada hari lain.

Itulah lima syarat sah puasa sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW ajarkan kepada umat muslim. Dari perkara tadi, adakah sahur didalamnya? Jawabannya tidak ada. Maka dari itu, pertanyaan hukum puasa melewatkan sahur tadi sudah terjawab.

Ibadah puasa nilainya tidak akan gugur hanya karena melewatkan makan sahur karena tertidur, terlupa, atau memang sengaja.

Kalau bukan syarat sah puasa, lalu mengapa kita dianjurkan makan sahur untuk berpuasa? Mari kita simak uraian berikut untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut!

Hukum Puasa Melewatkan Sahur dan Hikmah Bagi Orang yang Mengerjakan Sahur

Anjuran tentang sahur bisa kita temukan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satunya pada hadits berikut ini,

“Sahur adalah makanan yang berkah, maka jangan meninggalkannya walau hanya dengan seteguk air” (HR. Ahmad No. 11396, Imam Suyuti menilai hadits ini shahih)

Hadits tersebut adalah dalil yang menegaskan bahwa makan sahur adalah sesuatu yang tidak boleh kita tinggalkan dalam bulan ramadhan. Meskipun hanya dengan seteguk air, kita tetap harus mengerjakan sahur.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa hukum puasa melewatkan sahur itu tetap sah, dan sahur bukan perkara yang menentukan sah atau tidaknya puasa seorang umat muslim.

Lantas, kenapa Rasulullah tetap menganjurkan kita untuk mengerjakan sahur? Apa alasan dibaliknya? Berikut adalah keberkahan atau hikmah bagi mereka yang makan sahur untuk berpuasa.

1.      Sahur Itu Penuh Berkah

Pertama sekali mengapa Rasulullah menganjurkan makan sahur, karena waktu sahur itu penuh berkah. Selain penuh berkah, waktu sahur juga menjadi waktu yang mustajab atau waktu yang baik untuk berdoa.

2.      Sahur Memenuhi Perintah Rasulullah SAW

Sungguh, mereka yang mengerjakan makan sahur adalah mereka yang mengerjakan perintah dari Rasulullah SAW. Barangsiapa yang menaati Rasulullah, maka ia telah taat kepada Allah SWT.

Jadi, kalau tidak mau dilabeli sebagai umat yang tidak taat, maka sahurlah. Sebisa mungkin kita harus makan sahur meskipun hanya dengan seteguk air putih.

3.      Menjadi Pembeda Umat Islam dalam Berpuasa

Tahukah Anda apa yang menjadikan pembeda umat islam dan kaum nasrani pada bulan ramadhan? Apakah lama waktunya puasa yang berbeda? Tentu bukan. Hal pembeda umat islam dan kaum nasrani atau yahudi dalam bulan ramadhan adalah makan sahur.

Hukum puasa melewatkan sahur sah-sah saja, tetapi ini tak menjadikan puasa berbeda dengan puasanya orang nasrani ataupun yahudi. Terkait perkara ini, jelas tertuang dalam hadits Rasulullah SAW, sebagai berikut:

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur” (HR. Muslim No. 1096).

4.      Sahur Menjadi Bekal Untuk Berpuasa

Keutamaan makan sahur lainnya adalah menjadi bekal berpuasa pada siang harinya. Berpuasa dengan menahan haus dan lapar tentu bukan perkara yang sepele. Puasa tidak menjadi alasan seorang umat muslim untuk berleha-leha atau bermalas-malasan.

Meskipun sedang berpuasa, aktivitas harus tetap berjalan. Maka dari itu, kita membutuhkan makan sahur untuk menjaga stamina tubuh tetap prima pada siang harinya. Mereka yang makan sahur, dapat menjalankan puasa dengan prima.

Tidak mudah lelah dan tidak cepat merasakan lapar. Begitu pula sebaliknya. Mereka yang dengan sengaja melewatkan makan sahur, tubuhnya akan menjadi lemah. Tidak kuat mengerjakan aktivitas, dan akhirnya hanya bermalas-malasan saja.

5.      Sahur itu Mendapatkan Shalawat dan Doa

Hikmah lainnya bagi orang yang makan sahur adalah mendapatkan shalawat dari Allah SWT, dan mendapatkan doa dari para malaikat. Sungguh ini adalah keberkahan yang tiada kiranya.

6.      Melatih Diri Bangun di Sepertiga Malam

Tak cuma dari sisi agama, makan sahur juga menjadi momen untuk melatih kebiasaan baru, yakni kebiasaan bangun di sepertiga malam.

Waktu sepertiga malam menjadi waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT, mengerjakan shalat malam dan memohon ampunan. Selain melatih bangun pada sepertiga malam, mereka yang bangun sahur juga terjaga dari waktu subuh.

Mereka dapat menjawab adzan subuh, dan melaksanakan shalat subuh secara berjamaah. Tentu ini adalah kebaikan yang besar nilai pahalanya.

Kapan Waktu Sahur yang Utama dan Paling Baik?

Tahukah Anda kapan waktu yang paling baik untuk makan sahur? Apabila menilik dari asal katanya, sahur datang dari bahasa arab, sahara yang berarti penghujung malam. Tepatnya, kapankah penghujung malam itu?

Berdasarkan asal katanya, makan sahur merujuk pada aktivitas makan yang dilakukan pada penghujung malam. Yakni pada waktu menjelang terbitnya fajar, atau mendekati waktu subuh.

Kalau di Indonesia, ini kira-kira pukul 4 pagi. Menyesuaikan masuknya waktu subuh di masing-masing daerah. Dalam sebuah hadits Rasulullah juga menegaskan untuk mengakhirkan waktu sahur.

Lantas kapankah waktu yang tepat untuk mengakhiri waktu sahur tersebut? Ada sebuah riwayat yang menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW memberikan jarak antara batas sahur dengan masuknya waktu subuh sebanyak bacaan 50 ayat al-Quran.

Ini tentu saja sulit bagi kita memperkirakan kapan tepatnya. Mengingat bacaan al-Quran itu berbeda-beda. Para ulama kemudian bersepakat bahwa waktu tersebut adalah sekitar 10 menit. Rentang waktu ini pula yang kemudian kita sebut dengan imsak.

Demikianlah penjelasan rinci terkait hukum berpuasa tapi tidak sahur. Sungguh sahur itu adalah perkara yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Bersama waktu sahur Allah juga memberikan keberkahan kepada umat muslim. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus makan sahur untuk mengerjakan puasa.

Tak cuma kehilangan keberkahan, hukum puasa melewatkan sahur turut berdampak pada kondisi tubuh siang harinya. Mereka yang makan sahur, tubuhnya lebih bugar dan siap untuk menjalankan aktivitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *