Jurnalindo.com – Palestina kembali menjadi sorotan dunia setelah kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar dan bencana kemanusiaan yang mendalam. Berdasarkan laporan terbaru, lebih dari 67 ribu warga Palestina tewas, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal.
Selain korban jiwa, krisis pangan akut kini melanda wilayah tersebut. Organisasi kemanusiaan internasional menyebut kondisi kelaparan di Gaza telah mencapai tahap paling parah dalam sejarah modern. Banyak warga, terutama anak-anak, terancam nyawanya akibat kekurangan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. dilansir dari detik.com
Di tengah situasi genting itu, perundingan gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas dilaporkan sedang berlangsung di Mesir. Pertemuan ini menjadi harapan baru bagi jutaan warga Palestina yang hidup di bawah bayang-bayang serangan dan blokade berkepanjangan.
Namun, kehidupan warga Palestina tetap terkurung di wilayah-wilayah sempit atau enklave-enklave yang dikelilingi kontrol militer Israel. Sejak lama, wilayah Palestina yang meliputi Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, serta Jalur Gaza, berada di bawah pendudukan Israel.
Menurut catatan Amnesty International, pendudukan tersebut telah berlangsung sejak Juni 1967, dan hingga kini dianggap sebagai bentuk pelanggaran hukum internasional yang menciptakan penderitaan panjang bagi rakyat Palestina.
Masyarakat internasional mendesak agar gencatan senjata segera terwujud dan jalur kemanusiaan dibuka tanpa hambatan. Dunia kini menanti langkah nyata dari para pemimpin global untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang telah berlangsung lebih dari setengah abad di tanah Palestina.
Jurnal/Mas