Jurnalindo.com, – Komunitas Cah Juwana Pluralitas kembali menggelar Lapak Seni Suronan sebagai bentuk perayaan pluralisme dan pelestarian budaya lokal.
Acara ini berlangsung sejak Kamis (17/7/2025) hingga Sabtu (19/7/2025) malam di Eks Kantor Kawedanan Juwana, Kabupaten Pati.
Dalam ajang tahunan ini, berbagai bentuk kesenian dan karya budaya ditampilkan secara terbuka untuk masyarakat. Mulai dari seni lukis, patung, tari tradisional, hingga musikalisasi puisi. Lapak Seni menjadi ajang bertemunya seniman lokal, pelajar, hingga tokoh lintas iman dalam satu ruang yang inklusif.
“Ini mengusung gotong royong dan kolektivitas warga Juwana dan sekitarnya, menjadi wadah untuk berbagai kesenian. Lapak Seni diadakan dua kali dalam setahun, yakni saat Sya’banan dan Suronan,” jelas Panitia Lapak Seni, Nevi Nandika Ibram, pada Jumat (18/7/2025).
Menariknya, acara ini dibuka dengan doa lintas iman sebagai simbol keterbukaan dan toleransi antarumat beragama. Semua golongan diberi ruang untuk tampil maupun menikmati karya seni, tanpa sekat agama maupun latar belakang.
Acara yang bertemakan “Laras Tatanan Monggo”ini telah mendapatkan respon baik dari masyarakat. Pihaknya mengajak masyarakat agar tetap selaras dengan kemajuan zaman namun tetap berpijak pada adat dan budaya.
“Tema ini jadi pengingat agar kita tetap berjalan berdampingan dengan budaya lokal di tengah arus globalisasi,” lanjut Nevi.
Panggung Lapak Seni pun tak hanya diisi oleh seniman profesional, tetapi juga oleh siswa-siswa sekolah dasar yang menampilkan tari dan pertunjukan lainnya. Hal ini menjadi langkah penting untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya daerah.
Antusiasme masyarakat pun terlihat jelas. Ratusan warga dari Juwana dan sekitarnya memadati lokasi acara setiap malam. Salah satunya adalah Ahmad Sirojul Umam, pemuda asal Kecamatan Margoyoso, yang mengaku senang bisa menyaksikan beragam pertunjukan seni secara langsung.
“Bagus sekali, bisa lihat karya lukisan, tari, musikalisasi puisi, dan lainnya. Semoga acara seperti ini terus berkembang ke wilayah Pati lainnya,” harapnya.
Lapak Seni Suronan membuktikan bahwa kesenian dan kebudayaan bisa menjadi jembatan keberagaman sekaligus benteng dari derasnya arus budaya global yang kian mengikis kearifan lokal. (Juri/Jurnal)