Oase  

Renungan Diri yang Dapat Membuat Menangis

jurnalindo.com – Bagi seorang hamba Allah yang tak pernah luput dari segala dosa, kadang kita perlu renungan diri terhadap apa yang telah kita perbuat dan kelalaian apa yang membuat kita semakin jauh dari-Nya. Banyak renungan yang membuat kita menangis jika benar-benar merasakannya.

Air mata kita yang keluar sebab merasa sedih dan penyesalan yang kita rasakan ternyata melalui proses panjang bahkan melibatkan kelenjar ada pada tubuh. Dengan menangisi kesalahan yang Anda lakukan kepada Allah merupakan suatu yang mulia. Rasulullah SAW pun pernah mengapresiasi air mata seseorang.

Renungan taubat dapat meredam api neraka, serta air mata rindu kepada Allah SWT dapat melicinkan perjalanan kita ke surga. Ada banyak faktor yang mendorong kita perlu merenung atas apa yang telah kita kerjakan, salah satunya rasa takut terhadap sesuatu. termasuk kepada Allah SWT dan adanya rasa penyesalan dari kesalahan yang lalu.

Kita juga perlu renungan jiwa dan hati terhadap kesalahan dan kelalaian yang pernah kita lakukan. Hal ini mengingatkan kita terhadap kematian, karena ganasnya sakaratul maut tak bisa kita hindari. Itulah sebabnya kita wajib selalu merenungkan segala yang akan kita hadapi.

Jika hal-hal tersebut jadi penyebab kita sering merenung atau muhasabah diri, inilah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Berbahagialah jika yang terus menerus menyuburkan jiwa dengan renungan diri.

Tiga Renungan Diri yang Membuat Menangis

Menangisi segala kesalahan dan ketakutan yang kita rasakan merupakan tanda jika kita mendapatkan petunjuk untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Sebuah renungan hidup bisa membimbing kita ke jalan yang lebih baik, agar semakin mempersiapkan diri ke depan yang lebih baik.

Siapapun kita hanyalah hamba yang lemah, kadang tergelincir ke jurang keburukan. Penting bagi kita bisa terus melakukan merenungkan diri terhadap perbuatan yang kita lakukan. Renungan kehidupan dunia yang fana ini dapat membantu Anda terus mengingat akhirat. Ada tiga renungan yang setiap membuat kita menangis.

Berpisah dengan Orang-orang yang Kita Cintai

Nabi Muhammad SAW membangun persaudaraan antara sahabat-sahabatnya atas dasar keimanan kepada Allah SWT. Berkat ikatan persaudaraan yang telah kita bangun dengan iman, maka Allah akan mempersatukan hati setiap sahabat. Siapapun Anda, sudah pasti akan merasa sedih pada saat orang yang orang-orang  sangat mencintainya.

Baik ketika wafat atau pun berpisah dengan kondisi masih hidup. Semua ini karena sayang dan cinta yang kita bangun atas keimanan kepada Allah dengan menautkan Allah dalam hati kita. Ada baiknya sebagai umat dari Rasulullah, Anda tentu merindukannya, meskipun kita belum pernah sekalipun melihat Rasulullah SAW secara langsung.

Tapi, Ini bisa terjadi sebab rasa cinta nabi Muhammad kepada umatnya. Lalu, apa saja yang bisa kita usahakan agar membalas kasih sayang Rasulullah?. Salah satunya yaitu dengan bershalawat, sebab nabi Muhammad SAW  berjanji akan senantiasa menjawab setiap shalawat serta salam yang selalu kita kirimkan untuknya.

Bukan hanya itu, bentuk rasa cinta kita kepada Rasulullah juga bisa kita tunjukkan dengan cara mengikuti ajaran yang telah beliau ajakan dan telah terkandung dalam Al-Qur’an maupun juga sunnah-sunnahnya.

Jika kita terus menerus konsisten mengamalkan ajaran dari Rasulullah SAW, maka mudah-mudahan Allah SWT memperkenankan kita bisa berjumpa dan berkumpul bersama beliau.

Apakah Menjadi Penghuni Neraka atau Surga?

Renungan diri ini, tentu sangat menyayat hati. Bagaimana tidak, saat kita masih sering lalai terhadap perintah dan larangan, namun sebagai manusia biasa tentu kita mengharapkan surga. Renungan ini tentu sering membuat kita gundah, karena jelas kita takut terhadap siksa neraka.

Keseimbangan iman kita sebagai dapat terus menerus terjaga, selama kita mempunyai rasa takut atau khauf. Selain itu juga memiliki rasa harap atau raja’ kepada Allah SWT. Maksud dari khauf dan raja’ ialah takut terhadap azab dan siksa-Nya dan harapan untuk mendapatkan ampunan dan ridha-Nya.

Nabi Muhammad SAW  menegaskan bahwa jika umat beliau tahu pedihnya siksa neraka serta hukuman Allah kepada pendosa. Pastinya mereka akan banyak menangis. Renungan diri sendiri apa saja yang telah kita kerjakan selama ini, apakah nantinya akan jadi penghuni neraka?.

Renungkan segala perbuatan kita, tentu kita akan menangis mengingat segala kesalahan kita. Pada sahabat Rasulullah saja banyak yang menangis ketika mengingat dosa-dosa pernah mereka perbuat semasa Jahiliyah dulu.

Seperti Umar bin Khattab yang saat akhir shalatnya ia mengucap salam ke samping kanan dengan sambil tersenyum. Lalu, saat menoleh arah kiri ia sambil menangis, sebab teringat akan dosa-dosanya. Seperti inilah para sahabat  Rasulullah SAW memelihara rasa takutnya yang positif dalam hati.

Rasa takut tidak menjauhkan mereka, namun justru semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. Banyak merenung dan menangis terkait hal ini akan menjaga hati kita tetap hidup. Selain itu, juga senantiasa dapat menyadarkan kita agar terus berusaha mendapat ridha Allah.

Adapun jalan yang bisa kita tempuh agar meraih ridha-Nya, yaitu dengan mengikuti segala petunjuk dari Allah. Serta perbanyak doa untuk kebaikan dunia dan akhirat, apabila kita merasa gundah dan sedih ketika merenungkan perkara ini, maka Anda patut bersyukur, sebab itu artinya Allah SWT masih menitipkan sepercik cahaya iman dalam hati Anda.

Dahsyatnya Sakaratul Maut

Siapa yang bisa menghindari Sakaratul maut? Rasulullah saja merasakannya, lalu bagaimana dengan kita?. Sakaratul maut merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap insan sebelum wafat. Baginda Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya tentang pedih dan sulitnya sakaratul maut.

Untuk itu, nabi Muhammad melarang umatnya yang sering berharap mati. Saat akhir hayat Umar bin Khattab, beliau berkata pada orang-orang yang ada di sekeliling, “apabila aku mempunyai apapun harta dunia, maka akan aku pergunakan untuk bisa menebus rasa sakitnya sakaratul maut.”

Setiap yang bernyawa pasti mati, begitu pula dengan manusia. Selama masih memiliki kesempatan hidup, maka tugas kita yaitu mempersiapkan diri sebaik mungkin ketika menghadapi hari tersebut. Sisa hidup yang  Allah berikan kepada kita bertujuan untuk kita pergunakan memperbanyak bekal menuju akhirat.

Semoga Allah SWT menetapkan kita menjadi salah satu hamba husnul khatimah. Renungan diri ini mengingatkan kita tentang sakaratul maut, bahkan menyadarkan kita tentang adanya kehidupan abadi sesudah kematian yang akan kita persiapkan bekalnya.

Iman inilah yang membuat kita rindu dengan Rasulullah Dengan renungan diri ini, semoga Allah mencatat sebagai amal baik dan dapat menumbuhkan tekad pada diri kita agar menjadi seorang hamba Allah SWT terus menjadi lebih baik.

Sebagai manusia yang tak pernah luput dari dosa, penting bagi kita renungan diri. Guna terus mengingat hal-hal perbuatan buruk yang kita lakukan, agar segera bertaubat. Dengan demikian, berharap mendapatkan ampunan dan Ridha Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *