Oase  

Golongan Hamba yang Sukses Mencapai Manisnya  Iman

jurnalindo.com – Iman mempunyai rasa manisnya yang tak bisa Anda rasakan terkecuali bagi orang beriman. Apabila kita bisa menikmati manisnya iman telah masuk pada relung hati, maka akan berseri bahkan menimbulkan kenikmatan dalam hati. Hidup akan semakin bahagia, selain itu, dada pun akan menjadi lapang.

Siapa saja yang merasakan iman, maka dirinya akan merasakan tenangnya dalam beribadah. Selain itu, ia juga akan berjuang atas jalan Allah, dan selalu berkorban apapun demi Allah. Bila kita merasakan manisnya keimanan dan merasuk pada relung hati, maka kita akan terus bersama Allah setiap waktu dan setiap tempat.

Bahkan setiap gerakan yang kita lakukan maupun dalam diamnya kita. Baik saat siang ataupun malam, kita akan selalu bersama sang pencipta dan penolongnya. Manisnya iman adalah saat kita sadar akan kesalahan yang telah kita lakukan pada masa lampau.

Manusia punya tiga unsur dari dalam dirinya masing-masing, yaitu akal, jasad, dan hati. Semuanya memerlukan nutrisi untuk selalu sehat dan hidup. Kesehatan tubuh atau jasad bisa kita dapatkan lewat makanan dan asupan yang bergizi.

Sedangkan akal memerlukan ilmu pengetahuan untuk sebagai nutrisinya. Saat belajar serta menyerap pengetahuan, maka akal mendapat makanan hingga bertumbuh jadi lebih baik. Seperti dua komponen lain, hati juga memerlukan nutrisi ataupun makanan. Hati memerlukan iman.

Karena dengan iman, maka hati akan senantiasa tetap hidup. Jika tubuh kita sehat, Anda bisa menikmati makanan dan minuman dengan lidah yang nyaman. Akal pikiran yang sehat dapat membantu kita menikmati ilmu. Serta Hati kita yang sehat dapat merasakan manis dan nikmatnya iman.

Namun, berbanding terbalik ketika tubuh sakit, apapun makanan tak akan terasa nikmat. Akal yang tak sehat, ilmu yang kita dapatkan pun juga tidak terasa nikmat. Sama halnya saat hati sakit, tidak bisa menikmati manisnya Iman. Saat kondisi hati yang tengah baik saja, dapat merasakan  nikmatnya keimanan.

Tiga Golongan Hamba yang Menikmati Manisnya Iman

Jika Allah telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat menikmati hikmah manisnya iman. Baginda nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa terdapat tiga tanda seorang hamba telah menikmati manisnya iman.

Sungguh beruntung hamba yang mendapatkan rahmat dari Allah, jika kita merasakan adanya kesadaran ini, maka kita dapat merasakan manisnya keimanan.

Cinta Allah SWT dan Rasulullah

Ketentuan pertama yang wajib kita miliki agar dapat merasakan nikmatnya keimanan yaitu menghadirkan cinta seutuhnya kepada sang pencipta Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak mungkin cinta bisa tumbuh tanpa mengenal.

Seorang ulama hadits yaitu “Ibnu Rajab Al-Hanbali”, beliau menjelaskan terdapat dua cara menimbulkan cinta pada Allah. Yang pertama yaitu mengenal Allah SWT atau ma’rifatullah. Mengenal Allah SWT bisa kita lakukan dengan mengenali sifat, nama, maupun perbuatan Allah SWT yang luar biasa.

Bukan hanya itu, cara mengenal Allah bisa kita lakukan dengan mentadabburi ciptaan-Nya. Baik hukum, keselarasan, ataupun keajaiban-keajaibannya. Paham semua hal ini akan menyadarkan kita terhadap kekuasaan, kesempurnaan, hingga kebesaran Allah.

Sedangkan untuk cara kedua yaitu, mencintai Allah SWT dengan mentafakuri segala nikmat-nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Bentuk rasa cinta kita kepada Allah yaitu lahirnya ketaatan kita tanpa ada paksaan. Cinta dalam ketaatan mempunyai dua tingkat.

Yang pertama yaitu cinta kita yang wajib ini kita wujudkan dengan cara melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan Allah, dan mau bersabar terhadap ketetapan-Nya. Seorang hamba yang mengaku cinta kepada Allah, namun melanggar batasan atau ketetapan yang telah Allah tetapkan, maka ini adalah cinta yang palsu.

Sebab, saat Anda meninggalkan kewajiban maupun melakukan larangan-Nya, Anda sedang meletakkan hawa nafsu dan ego melebihi cinta kepada Allah. Indahnya iman dapat kita rasakan saat kita takut melakukan segala yang Allah larang.

Sedangkan yang kedua yaitu berupa keinginan agar selalu dekat kepada Allah lewat amalan sunnah. Selain itu, menjauhi perkara syubhat dan makruh, dan ridha terhadap ketetapan-ketetapan Allah meskipun menyakitkan. Apabila kita telah mencapai level ini, sempurnalah cinta kita kepada Allah.

Sedangkan untuk kecintaan kepada nabi Muhammad SAW  akan datang secara sendirinya dengan meningkatnya kecintaan kita kepada Allah. Sehab panduan menaati perintah Allah datangnya dari Rasulullah. Cinta kepada Allah, itu artinya kita menaati Rasulullah. Sedangkan menaati Rasulullah, itu artinya mencintai beliau.

Mencintai Suatu Hal karena Allah

Apabila kita mencintai sesuatu hal selain Allah SWT dalam rangka cinta untuk-Nya, maka inilah dasar dari iman sekaligus level iman tertinggi. Saat Anda telah menempatkan posisi cinta kepada sang pencipta pada posisi tertinggi, Anda tidak akan menyayangi selain-Nya, terkecuali cinta Anda kepada Allah.

Segala hal yang Anda sukai maupun tidak sukai selalu bersesuaian dengan segala yang Allah SWT cintai. Tuhan yang maha esa menggambarkan, apabila ada orang yang cinta kepada Allah, maka berbuat atau bersikap atas apa yang Allah suka.

Membenci Segala Kekufuran

Kita tidak akan khawatir dengan segala yang Allah SWT takdirkan untuk kita. Sebab cinta telah membuat kita akan senantiasa menerima apapun menjadi ketetapan Allah untuk kita. Dengan begitu, kita tahu  cara menikmati iman dengan mencintai Allah dan Rasul.

Pada saat kita telah mencintai Allah, kita akan menikmati manisnya iman. Bahkan akan selalu ingin terus menerus meningkatkan kualitas keimanan. Sebagaimana kita yang ingin selalu bersama dengan orang yang kita cintai. maka kita yang cinta kepada Rabb-Nya ingin selalu berada di dekat-Nya.

Sedangkan menjauh atau berpisah dari-Nya merupakan hal yang tidak kita suka. banyak contoh dari orang-orang saleh yang terdahulu telah menikmati manisnya keimanan. Bahkan merelakan dirinya tersiksa daripada kembali pada kekafiran.

Contohnya adalah Maisarah, beliau memilih masuk dalam minyak mendidih bersama anak-anaknya ketimbang menanggalkan keimanannya. Selain itu juga Bilal bin Rabah yang lebih memilih terluka saat terik matahari bahkan tertindih batu besar daripada kembali pada kekafiran.

Sama halnya juga dari Yasir ra dan Sumayyah ra. Yang rela mati terbunuh demi mempertahankan keislamannya. Semua ini karena mereka mendapatkan rahmat untuk merasakan manisnya keimanan dan tidak mau menukarnya.

Mereka merupakan orang-orang yang berhasil menundukkan hawa nafsu, dan mencintai segala suatu hal karena Allah. Inilah tanda-tanda hamba yang telah mendapat manisnya iman.

Apabila kita telah merasakan tanda-tanda tersebut, maka ini menandakan bahwa hati kita masih sehat. Selain itu, kita juga telah menjadi seorang hamba yang dicintai Allah. Mariah terus memperbaiki hati kita, karena masih sering  lalai dari meninggikan Allah, atau lalai dari perintah-Nya.

Inilah golongan hamba-hamba yang dapat merasakan nikmatnya iman, sehingga membuat kita semakin yakin dan tidak akan mau berpaling selain Allah. Untuk itu, ketahui apakah kita termasuk golongan tersebut atau tidak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *