Oase  

3 Tolak Ukur Kehebatan Muslim, dari Sudut Pandang Imam Syafi’i

jurnalindo.com – Tidak terhitung banyaknya orang yang merasa hebat. Dengan kehebatan yang ia miliknya lantas membawa pada sikap angkuh dan sombong. Lalu, menganggap orang lain lebih lemah dan menyepelekannya. Namun tolak ukur kehebatan muslim bukanlah dari hal-hal seperti itu.

Lalu, bagaimana kita bisa menilai kehebatan orang lain? Apakah menilai kepintarannya, kemampuan fisiknya, atau kekayaan hartanya?. Dari sudut pandang Imam Syafi’i, Anda bisa menilai tentang kehebatan manusia dengan beberapa hal.

Menurut beliau, tanda orang hebat merupakan orang yang mampu mengontrol diri agar tidak tergelincir pada sifat, perbuatan dan sikap tercela. Menurut imam Syafi’i ada tiga tolak ukur kehebatan seseorang.  Apabila ada seseorang sering menerima label sebagai makhluk yang sempurna.

Maka bisa kita katakan lebih unggul ketimbang makhluk lain. Karena, manusia mendapatkan pikiran, akal dan kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut, Anda dapat melakukan segala hal yang Anda kehendaki, sehingga terkadang muncullah rasa hebat.

Akan tetapi, sebenarnya manusia tersebut belum bisa kita katakan hebat, bila belum mampu menampakkan tiga perkara. Seperti penuturan Imam Syafi’i, kehebatan umat muslim terdapat dari tiga perkara.

Tolak Ukur Kehebatan Muslim Sesuai Penuturan Imam Syafi’i

Jangan mudah membanggakan diri dan jangan mudah untuk merendahkan orang lain, karena tentu saja tolak ukur kehebatan dari umat muslim terdapat dari beberapa hal. Apakah diri Anda termasuk dari beberapa hal tersebut atau tidak?.

Islam tidak pernah menilai kehebatan manusia dari harta, rupa, pangkat dan lainnya. Namun, menurut dari sudut pandang imam Syafi’i ada tiga tolak ukur yang bisa kita nilai untuk menilai kehebatan setiap manusia.

Menyembunyikan Kemiskinan

Manusia yang mampu menyembunyikan kemelaratan atau kemiskinan yang ia alami, sehingga membuat orang lain menyangka Anda berkecukupan. Karena Anda tidak pernah meminta-minta dan senantiasa selalu syukur.

Anda yang mampu  menyembunyikan kemiskinan yaitu orang yang selalu berusaha agar tidak meminta-minta pada orang lain. Dan terus berusaha dan bekerja keras dengan kemampuan yang Anda miliki, guna mendapat penghasilan serta memenuhi keperluan hidup.

Poin utama yang menunjukkan bahwa seseorang tidak ingin meminta-minta, maka dia termasuk golongan dengan orang-orang yang pandai bersyukur atas apa yang sudah menjadi takdir Allah Swt.

Dari sudut pandang Imam Syafi’i, menilai seseorang yang dapat menyembunyikan kesulitan ekonomi serta menahan diri agar tidak meminta-minta pada orang lain adalah orang yang hebat.

Saat ada orang yang terhimpit kesulitan ekonomi, dan mengalami kemelaratan hingga berada pada titik terendah dalam hidupnya. Maka mereka akan lebih banyak dan sering mengeluh bahkan mengais rezeki tanpa memperdulikan kehormatan dirinya.

Orang-orang seperti ini lebih suka meminta-minta dan mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Ia malas keluar dan berubah dari kemiskinan dengan berusaha dan bekerja keras bahkan tidak berharap belas kasih orang lain.

Tidak banyak orang mampu keluar dari kondisi ini dengan mempertahankan martabatnya. Bila ada yang dapat melakukannya, maka ini termasuk ciri pertama orang hebat dari sudut pandang Imam Syafi’i.

Menyembunyikan Kesulitan

Tolak ukur kehebatan muslim juga dapat kita nilai dari orang yang dapat menyembunyikan kesulitan yang sedang ia alami. Dengan demikian, orang lain akan mengira bahwa kita selalu senang. Tidak banyak orang memiliki kemampuan tersebut.

Hanya Anda yang punya kesabaran, keimanan kokoh, dan ketenangan hati yang berusaha agar selalu mampu tampil bahagia saat sedang  kesusahannya. Kita yang mampu sembunyikan kesusahan akan selalu berusaha dapat menampilkan kehidupan yang tampak bahagia saat bersama orang lain.

Sebab setiap kesulitan akan kita jalani dengan kesabaran. Jerit tangisan hanya kita tampakkan saat bersujud ke hadapan Allah SWT dalam doa dan dzikir. Karena orang hebat adalah kita yang mampu menyembunyikan kesulitan yang tengah kita alami.

Sehingga orang-orang mengira kita selalu bahagia, sebab dapat kita tutupi dengan perbuatan shaleh. Mampu menyembunyikan kesulitan saat bersama dengan orang lain serta mengadukan semuanyanya kepada Allah SWT Sang Pemilik hidup merupakan manhaj para rasul.

Sebagaimana Nabi Yakub as, saat beliau tertimpa musibah. Hanya dengan mengadukan masalahnya kepada Allah SWT, Allah akan memberikan kita kemudahan dan menggantinya dengan lebih baik. Membuat orang lain mengira hidup kita selalu bahagia, akan tetapi hal yang sedang kita alami amatlah sulit.

Sebab  jiwa yang senang dan tenang tidak akan luput dari amal shalih yang kita lakukan. Ketika kita melakukan perbuatan yang baik dan melaksanakan ibadah dengan baik, maka kita akan merasa adanya ketenangan dalam jiwa. Hal inilah akan membuat jiwa kita merasakan ketentraman dan ketenangan  secara terus menerus.

Karena kita mengimani Allah sebagai tuhan yang akan mampu memberi kenikmatan dan memberi cobaan sebagai bentuk ujian agar kita dapat menaikan derajat yang jauh lebih tinggi.

Bagi kita yang mampu tersenyum saat mengalami situasi yang sulit, menjadi salah satu ciri umat muslim yang hebat menurut imam Syafi’i. Sebab mampu menyembunyikan kegundahan dan kesusahan yang tengah mendera.

Menyembunyikan Amarah

Umat muslim yang mampu  menyembunyikan amarah, membuat orang  lain mengira dirinya selalu ridha, dengan ekspresi wajah yang tampak ceria. Kemarahan itu asalnya dari setan menyusup dalam jiwa para manusia. Karena setan akan selalu berupaya menghasut manusia agar ikut jebakan dan permainannya.

Supaya bisa menghindari itu, tentunya bukan usaha ringan, sebab memerlukan kesabaran dan ilmu yang telah Allah SWT tanamkan kepada dirinya. Maka dari itu, kemampuan ini tentu tidak banyak orang lain miliki. Setiap orang pastinya memiliki amarah, tapi ada yang mampu mengendalikannya.

Serta ada pula yang tak mampu mengendalikannya. sehingga orang lain menganggap bahwa dirinya tidak ridha terhadap sesuatu yang menimpanya. Saat kita dapat mengatur hingga menghilangkan kemarahan, inilah tanda kehebatan yang membawa kita pada kemuliaan.

Salah satu akhlak yang baik yaitu menahan dan menyembunyikan amarah. Bagi kita yang sabar, akan mampu mengontrol diri terhadap hawa nafsu dan gangguan setan. Marah merupakan nafsu manusiawi, siapapun pasti pernah mengalaminya.

Tapi, ada dari kita yang mampu menahan kemarahan agar tidak berakibat buruk bagi diri kita sendiri ataupun orang sekitarnya. Mampu terus menjaga amarah bukan suatu hal mudah justru terbilang  cukup sulit kita lakukan.

Untuk itu, Imam Syafii mengkategorikan umat muslim yang dapat menyembunyikan amarahnya dengan baik adalah orang  yang hebat. Ada tips dari nabi Muhammad SAW untuk umat muslim yang ingin memadamkan api amarah dalam hati, yaitu dengan berlindung pada Allah SWT.

Sehingga orang lain mengira Anda selalu ridha tampak wajah ceria tanpa adanya amarah dari perkataan maupun postur wajah kita.

Sebagian dari kita mungkin sering merasa hebat dengan kedudukan yang ia miliki. Namun, hal tersebut bukanlah sebagai tolak ukur kehebatan muslim. Karena ada tiga penilaian menurut imam Syafi’i sebagai penentu kehebatan seorang muslim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *