Jurnalindo.com Indonesia akhirnya dipastikan sebagai episentrum awal wabah Cordyceps dalam The Last of Us versi live-action. Hal ini diketahui pada episode kedua dimana seorang profesor mycology atau pakar di bidang jamur, dr. Ratna, meneliti salah satu korban pertama wabah Cordyceps di Indonesia. Dan tidak butuh waktu lama sebelum tersebar luas.
Padahal, di versi gamenya sendiri, negara asal wabah Cordyceps bukanlah Indonesia, melainkan Amerika Selatan. Namun, wilayah Indonesia dianggap sebagai negara yang layak menjadi awal penyebaran wabah yang mengerikan ini. Tapi mengapa Indonesia ideal untuk mendukung kisah asal usul wabah Cordyceps? Mari kita bahas lebih lanjut.
Asia “sarang” Jamur
Baca Juga: LIga Italia 2023, Kebangkitan AC Milan Kejar Napoli di Peringkat Atas
Kita mungkin bertanya-tanya mengapa Indonesia “dipilih” sebagai awal dari wabah Cordyceps yang mengerikan. Ini ada hubungannya dengan penelitian ilmiah saat ini. Jamur cordyceps sendiri sebenarnya adalah jenis jamur yang sebenarnya. Dalam kehidupan nyata, cordyceps biasanya merupakan jamur yang menginfeksi atau menyerang serangga atau hewan beruas (arthropoda) seperti udang, laba-laba, kelabang, dll.
Seperti yang dikatakan Profesor Neumann di Episode 1, jamur Cordyceps akan melukai bahkan membunuh inangnya seperti hewan-hewan ini. Ada kurang lebih 600 spesies jamur yang tumbuh di Asia, termasuk Indonesia. Cordyceps sendiri merupakan salah satu dari 600 spesies jamur. Biasanya jamur ini bisa ditemukan di kawasan hutan dan daerah dengan cuaca panas.
Iklim yang mendukung
Seperti yang sudah disinggung pada poin sebelumnya, jika jamur Cordyceps dan berbagai jenis jamur lainnya akan tumbuh subur di daerah hutan dan daerah dengan cuaca panas. Indonesia, dan khususnya Jakarta, seperti yang kita tahu, merupakan daerah dengan iklim yang panas. Sehingga hal ini sangat mendukung perkembangan dan penyebaran jamur cordyceps di wilayah Indonesia.
Menurut penjelasan salah satu pejabat militer, jika wabah ini pada awalnya ditemukan di wilayah barat Jakarta tepatnya di sebuah tempat yang jadi pabrik tepung dan gabah. Professor Ratna kemudian mengonfirmasi pernyataan tersebut dengan mengatakan jika lahan untuk penanaman tepung dan gabah menjadi lahan yang sempurna untuk pertumbuhan dan penyebaran jamur Cordyceps.